Mengenal Dunia Pacaran


Pacaran. Begitulah banyak orang yang menyebutkannya, dan begitu erat kaitannya dengan Ta'arruf dalam bahasa islaminya. Walaupun dalam kamus Arab ditemukan pula oleh penulis yakni Tahabbub, Yang berarti percintaan. Namun tak apa, inipun nantinya hanya persoalan definisi bahasa saja yang menjadi masalah, namun pada dasarnya tetap menjurus ke hubungan saling cinta mencintai, dan kasih mengasihi.
Masalah yang penulis angkat disini, pasti telah diterka pembaca opini penulis ini. Ya, betul apa hukum berpacaran itu sendiri dan juga ta'aruf. Tapi maaf penulis bukan mau merendahkan derajat kata-kata islami "Ta'arruf", namun penulis menyimpulkan definisi berpacaran yang penulis anut lebih kurang seperti ini. "Yakni menjalin kasih cinta antara 2 insan lawan jenis dengan maksud tujuan yang baik, untuk berbagi kasih sayang dengan tujuan untuk mengenal satu sama lainnya."
Begitulah definisi yang penulis ajukan kepada para pembaca agar mengetahui landasan saya menceritakan berbagai pendapat ulama yang nantinya berimbas kepada penarikan kesimpulan yang tidak sesuai dengan definisi yang dianut oleh pembaca. Maka mohon maaf jika memang kejadian yang tidak mengenakkan itu terjadi dikemudian waktu nantinya.
Sebelum masuk kedalam materi. Penulis mengajak kepada sahabat saya yang mendengar dan membaca makalah saya ini untuk membuka jendela Otak dan akalnya agar mudah menyerap 2 aliran pendapat yang dimana 2 aliran pendapat ini mempunyai landasan pemikiran yang berbeda.
Dan yang menjadi dasar atau acuan penulis dalam opini ini yakni membandingkan kedua pemikiran yang Liberal dan Radikal, dalam hal menemukan kejelasan dan kebenaran yang sesuai dengan kehendak sahabat pembaca sekalian.
Pacaran adalah kejadian hidup yang dimana banyak orang mengatakan seperti empedu yang berasa manis seperti gula jika dimakan. Karena saking begitu lupanya ia pada setiap kepahitan kehidupan didunia yang membuat ia lupa diri akan segalanya, dengan mukjizat perasaan cinta yang diciptakan Allah kepadanya. Begitulah cinta, sungguh hal yang telah banyak menjerumuskan kaum muslimin ke dalam jurang kenistaan manakala tidak berada dalam jalur rel yang benar. Mereka sudah tidak tahu lagi mana cinta yang dibolehkan dan mana yang dilarang.
Kehidupan seorang muslim atau muslimah tanpa pacaran adalah hambar, begitulah kata mereka. Kalau dikatakan nggak usah kamu pacaran. Maka serentak ia akan mengatakan "Lha kalo nggak pacaran, gimana kita bisa ngenal calon pendamping kita?". kalo dikatakan pacaran itu haram akan dikatakan, "pacaran yang gimana dulu.". Beginilah keadaan kaum muda sekarang, racun syubhat dan racun membela hawa nafsu sudah menjadi sebuah hakim akan hukum halal-haram, boleh dan tidak. Dalam Qs 45:23 berikut ini adalah penjelasan mengenai mereka yang mengatas namakan hawa nafsunya untuk sebuah kepentingan duniawinya.
23. Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?
Abdurrahman Almukaffi dalam artikelnya yang menulis tentang pendapatnya mengenai Pacaran, yang ia tuangkan dalam bentuk karya buku. Yang berjudul "Pacaran dalam Kaca Mata Islam".
Menurut beliau, Pacaran adalah nafsu syahwat yang tidak dirahmati oleh Allah karena didalamnya mengandung 3 unsur cinta yang seharusnya dibangun ketika mereka berada dalam hidup sebagai Suami Istri yang sah menurut Agama dan atau Negara. Berikut adalah unsur yang seharusnya dibangun saat telah berada dalam pernikahan yang sah :
Pertama, Mereka merasa beruntung sekali jika mereka dapat berduaan. Dan jika mereka berpisah dalam waktu sebentar saja membuat mereka merasa tidak nyaman, yang nantinya menimbulkan sikap saling membutuhkan satu sama lainnya. Kedua, Mereka merasa cocok satu sama lainnya. Karena segala permasalahan yang sedang dihadapi dan dirasakan menjadi masalah yang perlu dicari pemecahannya bersama. Hal ini dimungkinkan karena mereka satu dengan lainnya merasa dapat mencapai saling pengertian dalam seluruh aspek kehidupannya. Dan Ketiga, Mereka satu sama lain senantiasa berusaha sekuat tenaga untuk menuruti kemauan sang kekasih. Hal ini dimungkinkan karena perasaan cinta yang telah tumbuh secara sempurna dengan pertautan yang kuat.
Pacaran adalah sebuah proses ketidakpuasan yang terus berlanjut untuk sebuah pembuktian cinta. Kita lihat secara umum tahapan dalam pacaran.
Perjumpaan pertama, yaitu perjumpan keduanya yang belum saling kenal. Kemudian berkenalan baik melalui perantara teman atau inisiatif sendiri. hasrat ingin berkenalan ini begitu menggebu karena dirasakan ada sifat yang menjadi sebab keduanya merasakan getaran yang lain dalam dada. Hubungan pun berlanjut, penilaian terhadap sang kenalan terasa begitu manis, pertama ia nilai dengan daya tarik fisik dan penampilannya, mata sebagai juri. Senyum pun mengiringi, kemudian tertegun akhirnya , akhirnya jantung berdebar, dan hati rindu menggelora. Pertanyaan yang timbul kemudaian adalah kata-kata pujian, kemudian ia tuliskan dalam buku diary, "Akankah ia mencintaiku." Bila bertemu ia akan pandang berlama-lama, ia akan puaskan rasa rindu dalam dadanya. 
Perjuangan Kedua, Pengungkapan diri dan pertalian, disinilah tahap ucapan I Love You, "Aku mencintaimu". Si Juliet akan sebagai penjual akan menawarkan cintanya dengan rasa malu, dan sang Romeo akan membelinya dengan, "I Love You". Jika Juliet diam dengan tersipu dan tertunduk malu, maka sang Romeo pun telah cukup mengerti dengan sikap itu. Kesepakatan? pun dibuat, ada ijin sang romeo untuk datang kerumah, "Apel Mingguan". Kapan pun sang Romeo ingin datang maka pintu pun terbuka dan di sinilah mereka akan menumpahkan perasaan masing-masing, persoalanmu menjadi persoalannya, sedihmu menjadi sedihnya, sukamu menjadi riangnya, hatimu menjadi hatinya, bahkan jiwamu menjadi hidupnya. Sepakat pengin terus bersama, berjanji sehidup semati, berjanji sampai rumah tangga. Asyik dan syahdu. 
Perjuangan Terakhir, Pembuktian, inilah sebuah pengungkapan diri, rasa cinta yang menggelora pada sang kekasih seakan tak mampu untuk menolak ajakan sang kekasih. " buktikan cintamu sayangku". Hal ini menjadikan perasaan masing-masing saling ketergantungan untuk memenuhi kebutuhan diantara keduanya. Bila sudah seperti ini ajakan ciuman bahkan bersenggama pun sulit untuk ditolak. Na'udzubillah
Tapi tanpa disadari, pacaran itu sendiri telah melambungkan perasaan cinta yang semakin tinggi. Di sisi lain pacaran juga menjurus pada hubungan intim yang merusak cinta, melemahkan dan meruntuhkannya. Karena pada hakekatnya hubungan intim (bersetubuh) dalam pacaran adalah tujuan yang hendak dicapai dalam pacaran. Oleh karena itu orang yang pacaran selalu mendambakan kesyahduan. Dengan tercapainya tujuan tersebut kemungkinan tuntutannya pun mereda dan gejolak cintanya melemah. Hingga kebencian menghantui si bunga yang telah layu, karena si kumbang belang telah menghisap kehormatan secara haram.
Tak ubahnya seperti apa yang dinginkan oleh seorang pemuda untuk memadu cinta dengan dara jelita kembang desanya. dalam pandangannya sang dara tampak begitu sempurna. Higga kala itu pikiran pun hanyut, malam terkenang, siang terbayang, makan tak enak, tidur pun tak nyenyak, selalu terbayang si dia yang tersayang. Hingga tunas kerinduan menjamur menggapai tangan, menggelitik sambil berbisik. Bisikan nan gemulai, tawa-tawa kecil kian membelai, canda-canda hingga terkulai, karena asyik, cinta pun telah menggulai. Menggulai awan yang mengawang, merobek cinta yang tinggi membintang, menanti suapan manis donat berbumbu pedas hingga luka mengubur cinta..... saat sebelumnya sang cinta terbanting dengan keras..
Ibn Qayyim berpendapat " Hubungan intim tanpa pernikahan adalah haram dan merusak cinta. Malah, cinta diantara keduanya akan berakhir dengan sikap saling membenci dan bermusuhan. Karena bila keduanya telah merasakan kenikmatan dan cita rasa cinta, tidak boleh tidak akan timbul keinginan lain yang tidak diperoleh sebelumnya. "
Hadits Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah : “Nasib anak Adam mengenai zina telah ditetapkan. Tidak mustahil dia pernah melakukannya. Dua mata, zinanya memandang. Dua telinga, zinanya mendengar. Lidah, zinanya berkata. Tangan zinanya memegang. Kaki, zinanya melangkah. Hati, zinanya ingin dan rindu, sedangkan faraj (kemaluan) hanya mengikuti atau tidak mengikuti.”(HR.Muslim no.2282)
Pada dasarnya memang, pacaran yang diberitakan tadi oleh Mujtahid Liberal Kontemporer tadi jelas sekali melarang pacaran yang didalamnya dibumbui dengan adanya pegangan tangan, ciuman, berdua-duaan ditempat sepi dan segala macam bentuk perbuatan yang mengantarkan kepada zinah adalah HARAM tanpa toleransi. Tetapi, mereka menghalalkan jika pacaran itu diubah menjadi ke term yang lebih baik lagi. Karena memang Pacaran yang terbentuk dalam term masyarakat Indonesia kita ini adalah pacaran yang berbau asusila, pornografi, atau yang mengantarkan kita kepada perzinahan.
Maka oleh dari itu Pacaran "Islami" atau bisa disetarakan dengan Ta'arruf yang saya sampaikan dibagian awal yaitu mengenai pacaran ini. Yaitu adalah pacaran yang tanpa adanya perihal yang mengantarkan sesuatu dari kita kepada hubungan yang berbau asusila atau pornografi, atau yang menjurus kepadanya. Karena itu, budayakanlah pacaran di tempat ramai dan jauh dari fitnah dengan mengatur jarak yang pas diantara keduanya tanpa adanya rasa ingin merusak calon pasangan hidup anda kelak nantinya, dan menjadikannya sebagai penyemangat hidup yang membawa kita kepada jalan dan rahmat Allah.
Bandung, 19 Mei 2018 Penulis Sunyi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUKUM KEBENDAAN DAN HAK KEBENDAAN

KAIDAH-KAIDAH FIQIH

“Menanamkan Cinta Ilmu Kepada Anak”