KAIDAH-KAIDAH FIQIH

KAIDAH-KAIDAH FIQIH

Tugas ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kaidah fiqih
dari  Bapak Dadang Syaripudin M.Ag


Disusun Oleh :

        YADI JAYADI              1123040045

JURUSAN PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2013M/1434
kaidah fiqih jinayah
1.     كل معصية لاحد فيها ولا كفارة فهو التعزير
Setiap perbuatan maksiat yang tidak dikenai sanksi had atau kaffarat adalah jarimah ta’zir
      Kaidah ini mengandung arti bahwa setiap perbuatan maksiat yang tidak dapat diokenai sanksi hudud atau kaffarah dikualifikasikan sebagai jarimah ta‟zir. Para fiqaha sepakat bahwa yang dimaksud dengan perbuatan maksiat adalah meninggalkan kewajiban dan melakukan hal-hal yang dilarang. Tidak melaksanakan sholat wajib; tidak menunaikan zakat; atau mengkhianati adalah perbuatan maksiat dengan cara meninggalkan kewajiban. Sedangkan mengurangi timbangan; berdusta; atau berkhulwat adalah perbuatan maksiat dengan cara melakukan hal-hal yang dilarang. Seluruh perbuatan tersebut dapat dikenai sanksi ta‟zir.
2.     التعزير يدور مع المصلحة
“Ta’zir itu berdasarkan maslahat”
3.     الحدود تسقط بالسبهات
“hukum hudud menjadi gugur dengan sebab subhat/keraguan”
4.     من سبب انسانا اوستمه فعليه العقوبة وليسى له الحق فى اثبات صحه ما قال
“seseorang yang menghina,maka harus baginya hudud tanpa membukti kebenaran yang diucapkan”
Kaidah di atas mengandung arti bahwa mengejek atau mencaci maki seseorang, sejak awal, sudah termasuk perbuatan jarimah. Ia tidak perlu membuktikan kebenaran ucapannya tetapi harus diberikan sanksi agar terpelihara kehormatan diri seseorang. Misalnya, seseorang menghina keadaan fisik atau sifat orang lain dengan hinaan seperti: “Hai hitam!”, “Hai hidung pesek!”, “Hai orang bodoh!”, dan sebagainya. Kata-kata tersebut tidak perlu dibuktikan kebenarannya. Sebab, perbuatan tersebut sudah termasuk perbuatan maksiat, meskipun apa yang dikatakan itu benar keadaannya.
5.     لايجوزاثبات الحدود من طريق القياسى وانما طريق اتبائها التوفيق

6.     لايدحل القوي على الضعيف ولاعكس

7.     لارجعية فى التشريع الجنائى

8.     من رمى انسانا ......... او صفة محرمة ما وجب عليه ان يسبت صحته مارماه به فان عجز عن اثباته اومتنع وجبت عليه العقوبة
“barang siapa yang menuduh seseorang dengan kejadian yang diharamkan, maka wajib atasnya membuktikan kebenaran tuduhannya itu, maka jika ia tidak bisa membuktikan atau terhalang (dalam membuktikannya) wajib atasnya sanksi (uqubah)”

9.     المبا شر ضامن وا ن لم يتعمد
“Pelaku langsung, bertagungjawab walaupun itu tidak sengaja”
10.                        لايجوز لأحد أ ن يأخذ ما ل أحد بلا سبب شرعي
“Tidak boleh seseorang mengambil harta orang lain dengan tanpa sebab-sebab syari’”
11.                        العبرة فى الحدود بحا ل وجودها لاحا ل استفئها
Yang dijadikan pegangan dalam menetukan tindak pidana adalah pada waktu……….”
12.                        الأصل فى القصا ص  الـتما ثـل
Asal hukum qisos itu adalah keseimbangan
13.                        يسقط القصاص بعدم المساوة والمما ثلة
Qishash gugur karena ketiadaan kesamaan dan keserupaan”.
Kaidah di atas mengandung arti bahwa qishash tidak dapat dilaksanakan jika tidak ada kesamaan dan keserupaan antara pelaku dengan korbannya. Kesamaan yang dimaksud adalah kesamaan dalam kesehatan dan kesempurnaan (kemulusan). Misalnya, tangan yang lumpuh tidak sama dengan tangan yang sehat; tangan yang berjari lengkap tidak sama dengan tangan yang tidak berjari atau tidak lengkap; mata yang melihat tidak sama dengan mata yang buta; dan seterusnya. Adapun keserupaan yang dimaksud adalah tangan kanan dengan tangan kanan; kaki kiri dengan kaki kiri; mata kanan dengan mata kanan; telinga kiri dengan telinga kiri; dan seterusnya. Sebagai contoh kasus, jika ada kesamaan dan keserupaan: seseorang yang tidak memiliki telinga kiri memotong telinga kiri orang lain, pada kasus ini qishash tidak dapat dilaksanakan karena tidak ada keserupaan, sehingga sanksi ini berpindah kepada diyat.
14.                        المتسبب لا يضمن الا با التعمد
“pelaku tidak langsung tidak dapat dikenakan sanksi kecuali dengan sengaja”

15.                        التعزير إلى الإمام على قدر عظام الحرام وسغره
“sanksi ta’zir sepenuhnya di serahkan kepada imam,sesuai dengan besar kecilnya kesalahannya.”
16.                        لاقصاص الا باالسيف
Tidak ada qishash kecuali dengan pedang”.
Kaidah ini mengandung arti bahwa dengan cara apapun suatu pembunuhan dilakukan, pelaksanaan qishashnya harus dengan menggunakan pedang.
17.                        من قتل بشيء قتل بمثله
Barang siapa yang membunuh dengan sesuatu (cara/alat), maka ia diqishash dengan cara yang serupa”.

Kaidah ini mengandung arti bahwa eksekusi qishash dilaksanakan sesuai dengan cara pelaku melakukan pembunuhan. Misalnya, seseorang melakukan pembunuhan dengan cara mencekik, maka iapun diqishash dengan cara dicekik pula. Atau seseorang melakukan pembunuhan dengan cara membakar, maka ia pun diqishash dengan cara dibakar pula. Selain itu, Rasulullah saw pernah memerintahkan kepada para sahabatnya untuk mengqishash seorang Yahudi dengan cara yang sama (Yahudi itu telah membunuh jariyahnya dengan cara meremukan kepalanya diantara dua batu).
Namun demikian, keharusan dengan cara yang sama ini dikecualikan, jika pembunuhan yang dilakukan menggunakan cara yang haram. Misalnya, seseorang melakukan sodomi terhadap seorang anak yang menyebabkan kematian, atau seseorang melakukan pembunuhan dengan menggunakan khamr.

18.                        الولاية الخا صة اقوى من الولاية العمة
Kekuasaan yang khusus lebih kuat (kedudukannya) daripada kekuasaan yang umum”.
Maksud dari kaidah ini adalah bahwa lembaga-lembaga yang khusus lebih kuat kekuasaannya daripada lembaga yang umum. Contohnya: camat lebih kuat kekuasaannya dalam wilayahnya daripada Gubernur, wali nasab lebih kuat kekuasaannya terhadap anaknya daripada lembaga peradilan agama.

Kaidah fiqih muamalah
1.     الاصل فى المعاملة الإباحة حتى يدل الدليل على التحريم
Hukum asal dalam semua bentuk muamalah adalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya”
Maksud kaidah ini adalah bahwa dalam setiap muamalah dan transaksi, pada dasarnya boleh, seperti jual beli, sewa menyewa, gadai kerjasama (mudharabah dan musyarakah) perwakilan, dan lain-lain, kecuali yang tegas-tegas diharamkan seperti mengakibatkan kemudaratan, tipuan, judi, dan riba.

2.     الأجر والضما ن لايجتمعان
“pemberian upah dan tanggung jawab untuk mengganti kerugian tidak berjalan bersamaan”
     Yang disebut dengan dhaman atau ganti rugi dalam kaidah tersebut adalah mengganti dengan barang yang sama. Apabila barang tersebut ada di pasaran atau membayar seharga barang tersebut apabila barangnya tidak ada di pasaran (Majalah Ahkam al-Adliyah pasal 416). Contoh, seseorang menyewa kendaraan penumpang untuk membawa keluarganya, tetapi si penyewa menggunakannya untuk membawa barang-barang yang berat yang mengakibatkan kendaraan tersebut rusak berat. Maka, si penyewa harus mengganti kerusakan tersebut dan tidak perlu membawa sewaannya. (Majalah Ahkam al-adliyah pasal 550)

3.     البا طل لا يقبل الإجا زة
“Akad yang batal tidak menjadi sah karena dibolehkan”
     Akad yang batal dalam hukum Islam dianggap tidak ada atau tidak pernaha terjadi. Oleh karena itu, akad yang batal tetap tidak sah walaupun diterima salah satu pihak. Contohnya, Bank syariah tidak boleh melakukan akad dengan lembaga keuangan lain yang menggunakan ystem bunga, meskipun ystem bunga dibolehkan oleh pihak lain, karena ystem bunga sudah dinyatakan haram oleh Dewan Syariah Nasional. Akad baru sah apabila lembaga keuangan lain itu mau menggunakan akad-akad yang diberlakukan pada perbankan syariah, yaitu akad-akad atau transaksi tanpa menggunakan system bunga.

4.     الأصل فى العقـدرض المتعا قدين و نتيجته ما التزماه با التعـقـد
Hukum asal dalam transaksi adalah keridhaan kedua belah pihak yang berakad, hasilnya adalah berlaku sahnya yang diakadkan”

      Keridhaan dalam transaksi adalah merupakan prinsip. Oleh karena itu, transaksi barulah sah apabila didasarkan kepada keridhaan kedua belah pihak. Artinya, tidak sah suatu akad apabila salah satu pihak dalam keadaan terpaksa atau dipakasa atau juga merasa tertipu.
Bisa terjadi pada waktu akad sudah saling meridhai, tetapi kemudian salah satu pihak merasa tertipu, artinya hilang keridhaannya, maka akad tersebut bisa batal. Contohnya seperti pembeli yang merasa tertipu karena dirugikan oleh penjual karena barangnya terdapat cacat.

5.     كل قرض جر نفعا فهو ربا
“setiap pinjaman dengan menarik manfaat (oleh kreditor) adalah sama dengan riba”

6.     كل مايصح تأبيده من العقود المعاوضات فلا يصح توقيته
“setiap aqad muawwadat yang dilakukan untuk selama-lamanya, maka tidak sah dilakukan sementara”
    Akad mu‟awadhah adalah akad yang dilakukan oleh dua pihak yang masing-masing memiliki hak dan kewajiban, seperti jual beli. Satu pihak (penjual) berkewajiban menyerahkan barang dan berhak terhadap harga barang. Di pihak lain yaitu pembeli berkewajiban menyerahkan harga barang dan berhak terhadap barang yang dibelinnya. Dalam akad yang semacam ini tidak sah apabila dibatasi waktunya, sebab akad jual beli tidak dibatasi waktunya. Apabila waktuya dibatasi, maka bukan jial beli tapi sewa menyewa.
7.     كل شرط كان مصلحة العقد او من مفتضاه فهو جائز
“Setiap syarat untuk kemaslahatan akad atau diperlukan oleh akad tersebut, maka syarat tersebut dibolehkan”
   Contohnya seperti dalam hal gadai emas kemudian ada syarat bahwa apabila barang gadai tidak ditebus dalam waktu sekian bulan, maka penerima gadai berhak untuk menjualnya. Atau syarat kebolehan memilih, syarat tercatat di notaris.
8.     الأمر بالتصرفي ملك الغيرباطل
“Setiap perintah untuk bertindak hukum terhadap hak milikorang lain adalah batal”
   Maksud kaidah ini adalah apabila seseorang memerintahkan untuk bertransaksi terhadap milik orang lain yang dilakukannya seperti terhadap miliknya sendiri, maka hukumnya batal. Contohnya, seorang kepala penjaga keamanan memerintahkan kepada bawahannya untuk menjual barang yang dititipkan kepadanya, maka perintah tersebut adalah batal. Kaidah ini juga bisa masuk dalam fiqh siyasah, apabila dilihat dari sisi kewenangan memerintah dari atasan kepada bawahannya.
9.     كل ما جز فيه البيع تجوز فيه الهبة والصدقة والرهن
“Segala sesuatu yang di perbolehkan dalam jual beli maka juga dibolehkan untuk di hibahkan, di sedekahkan, dan digadaikan.”
10.                        الخراج بالضمان
“Manfaat suatu benda merupakan fakor pengganti kerugian”

Arti asal al-kharaj adalah sesuatu yang dikeluarkan baik manfaat benda maupun pekerjaan, seperti pohon mengeluarkan buah atau binatang mengeluarkan susu. Sedangkan al-dhaman adalah ganti rugi.
Contohnya, seekor binatang dikembalikan oleh pembelinya dengan alasan cacat. Si penjual tidak boleh meminta bayaran atas penggunaan binatang tadi. Sebab, penggunaan binatang tadi sudah menjadi hak pembeli.

11.                        اذا بطل الشيء بطل ما فى ضمه

“Apabila sesuatu akad batal, maka batal pula yang ada dalam tanggungannya”

Contohnya, penjual dan pembeli telah melaksanakan akad jual beli. Si pembeli telah menerima barang dan si penjual telah menerima uang. Kemudian kedua belah pihak membatalkan jual beli tadi. Maka, hak pembeli terhadap barang menjadi batal dan hak penjual terhadap harga barang menjadi batal. Artinya, si pembeli harus mengembalikan barangnya dan si penjual harus mengembalikan harga barangnya.
12.                        العقد على الأعيان كالعقد على منا فعها 
“Akad benda tersebut” yang objeknya suatu benda tertentu adalah seperti akad terhadap manfaat
Objek suatu akad bisa berupa barang tertentu, misalnya jual beli, dan nnisa pula berupa manfaat suatu barang seperti sewa menyewa. Bahkan sekaran, objeknya bisa berupa jasa seperti jasa broker. Maka, pengaruh hukum dari akad yang objeknya barang atau manfaat dari barang adalah sama, dalam arti rukun dan syaratnya sama.
13.                        الغرم بالغنم
“Risiko itu menyertai manfaat”
Maksudnya adalah bahwa seseorang yang memanfaatkan sesuatu harus menanggung risiko. Biaya notaris adalah tanggung jawab pembeli kecuali ada keridhaan dari penjual atau ditanggung bersama. Demikian pula halnya, seseorang yang meminjam barang, maka dia wajib mengembalikan barang dan risiko ongkos-ongkos pengembaliannya. Berbeda dengan ongkos mengangkut dan memelihara barang, dibebankan pada pemilik barang.
14.                        الجواز الشرعى ينافى ضمه
Suatu hal yang dibolehkan oleh syara‟ tidak dapat dijadikan objek tuntutan ganti rugi”

Maksud kaidah ini adalah sesuatu yang dibolehkan oleh syariah baik melakukan atau menninggalkannya, tidak dapat dijadikan tuntutan ganti rugi. Contohnya, si A menggali sumur di tempat miliknya sendiri. Kemudian binatang tetangganya jatuh kedalam sumur tersebut dan mati. Maka, tetangga tadi tidak bisa menuntut ganti rugi kepada si A, sebab menggali sumur ditempatnya sendiri dibolehkan oleh syariah.
15.                        كل قبول جائز ان يكون قبلت
“Setiap qabul/penerimaan boleh dengan ungkapan saya telah terima”
Sesungguhnya berdasarkan kaidah ini, adalah sah dalam setiap akad jual beli, sewa menyewa dan lain-lainnya, akad untuk menyebut “qabiltu” (saya telah terima) dengan tidak mengulangi rincian dari ijab. Rincian ijab itu, seperti saya jual barang ini dengan harga sekian dibayar tunai, cukup dijawab dengan “saya terima”.
Kaidah fiqih munakahat
1.     كل فرقة من طلاق أو فسخ بعد الوطء تو جب العدة
“Setiap perceraian karena talak atau fasakh sesudah campur, maka wajib iddah”
Kaidah ini berhubungan dengan wajibnya „iddah (masa tunggu) apabila terjadi perceraian.sudah tentu waktu menunggunya bermacam-macam seperti diuraikan dalam kitab-kitab fikih.

2.     من تزوج امراة فى عـد تها حرمت عليه التا بيد
“Barang siapa yang menikahi wanita yang masih dalam waktu iddah, haram atasnya selama-lamanya”
3.     كل من مات من المسلمين لاورث له فماله لبيت المال
“setiap orang yang meniggal yang tidak mempunyai ahli waris, maka harta warisnya diserahkan kepada baitul mal”
4.     الأصل في الإبضاع التحريم
“Hukum asal pada masalah seks adalah haram”
     Maksud kaidah ini adalah dalam hubungan seks, pada asalnya haram sampai datang sebab-sebab yang jelas dan tanpa meragukan lagi yang menghalalkannya, yaitu dengan adanya akad pernikahan.

5.     لا حق للزوج على زوجته إلا في حدود يمشي للزواج ولا حق للزوجة على زوجها إلا في حدود أوامر الشرع فيما يمشي الزواج
“Tidak ada hak bagi suami terhadap istrinya kecuali dalam batas-batas pernikahan dan tidak ada hak bagi istri terhadap suaminya kecuali dalam batas-batas perintah syariah yang berhubungan dengan pernikahan”

     Kaidah di atas menggambarkan kedudukan yang seimbang antara suami dan istri yang sama sebagai subjek hukum yang penuh. Apabila suami memberikan sesuatu sebagai hibah kepada istrinya atau istri memberikan sesuatu kepada suaminya, maka seorangpun tidak bisa mencampurinya. Masing-masing pihak, suami atau istri tidak boleh menarik kembali hibahnya setelah penyerahan atau ijab kabul terjadi.

6.     لا يجوز مسلم كا فرة
“Wali yang muslim tidak boleh menikahkan wanita yang kafir”

7.     النكا ح لا يفسد بفساد الصداق
“Akad nikah tidak rusak dengan rusaknya mahar”
      Contohnya, apabila seseorang mewakilkan dalam akad nikah dengan menyebut maharnya kemudian si wakil menambah mahar tadi, misalnya dari 10 gram emas menjadi 15 gram emas, maka nikahnya tetap sah dan kepada wanita tadi diberikan mahar mitsli.
8.     لاتركة الابعد سداد الدين
*“Tidak ada harta peninggalan kecuali setelah dibayar lunas utang (orang yang meninggal)”

Artinya, sebelum utang-utang orang yang meninggal dibayar lunas, maka tidak ada harta warisan. Seperti diketahui bahwa dalam hukum waris Islam, harta peninggalan tidak dibagi dahulu sebelum diambil pembiayaan kematian kemudin untuk utang. Kalau masih ada sisanya dipotong lagi untuk wasiat maksimal sepertiga. Sisanya dibagi di antara para ahli waris sesuai dengan ketentuan hukum waris Islam.

Kaidah fiqih ibadah
1.     إِذَا اجْتَمَعَتْ عِبَادَتَانِ مِنْ جِنْسٍ وَاحِدٍ تَدَاخَلَتْ أَفْعَالُـهُمَا وَاكْتَفَى عَنْهُمَا بِفِعْلٍ وَاحِدٍ إِذَا كَانَ مَقْصُوْدُهُـمَا وَاحِدًا
“Apabila dua ibadah sejenis berkumpul maka pelaksanaannya digabung dan cukup dengan melaksanakan salah satunya jika keduanya mempunyai maksud yang sama”
2.     الجزء المنفصل من الحي كميتته
“Bagian anggota yang terpisah dari binatang yang hidup sama seperti bangkai”

3.     تقـديم العبادة قبل وجود سببها لايصح
“Tidak sah mendahulukan ibadah sebelum ada sebabnya”

4.     العبادة الواردة على وجوه متنوعة يجوز فعلها عـلى جميع تلك الوجوه الواردة فيها

5.     كل بقعة صحت فيها النافلة على الاطلاق صحت فيها الفريضة
“setiap tempat yang sah padanya melaksanakan yang sunat,maka secara mutlak sah juga padanya melaksanakan sholat fardu”
6.     لاقياسى فىالعبادة غير مقل المعنى
“tidak ada qiyas dalam ibadah kepada benda yang tidak masuk akal”
7.     للوسائل حكم المقاصد

8.     الأيثارفى القربة مكروه وفى غيرها محبوب
“mendahulukan orang lain dalam hal ibadah adalah makruh dan selainnya di puji”
9.     الأرض كلها مسجد الا المقبرة والحمام
“permukaan bumi itu semuanya adalah masjid kecuali kuburan dan kamar mandi”
10.                        التلبس بالعبادة وجب اتمامها
“Kebimbangan dalam ibadah, maka ia wajib menyempurnakannya”
11.                        الخوف يبيح قصر صفة الصلاة
“ketakutan itu membolehkan mengqosorkan sifat sholat”
12.                        إذاقطع نية العبادة فى اثناء الصلوة بطلت صلاته
“Apabila berniat membatalkan ibadah ditengah-tengah shalat maka batallah shalatnya”
13.                        الفضلة المتعلقة بنفسى العبادة اولى من المتعلقة بمكا نها
“lebih utama shalat berjamaah di luar ka’bah dari pada shalat sendirian di luar ka’bah”
14.                        كل من وجب عليه شيء ففات لزمه قضاءه
“setiap orang yang di wajibkan atasnya sesuatu, kemudian dia melupakannya maka dia harus mengkodohnya”
15.                        الطهارة الأحداث تتواقت

“kesucian dari hadas itu tidak mengenal waktu”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUKUM KEBENDAAN DAN HAK KEBENDAAN

“Menanamkan Cinta Ilmu Kepada Anak”