“Menanamkan Cinta Ilmu Kepada Anak”
Oleh : Yadi
Jayadi

(Penulis: Mahasiswa UIN SGD Bandung, Sekretaris Umum HIMAT
Cabang Bandung, Pimpinan Redaksi Lembaga Pers Mahasiswa LENSA, Pengajar DTA
Mitra Muhajirin, Pembina Ikatan Remaja Mesjid Komp.Griya Mitra Posindo-Bandung
)
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penlihatan dan hati,
agar kamu bersyukur (Q.S. An-Nahl :78)
“Ajarilah. Mudahkan, jangan menyulitkan. Berilah kabar gembira,
jangan membuat orang lari. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaknya
diam” (Al-Hadits)
Ali bin Abi Thalib
pernah berkata “Perintahkanlah anak-anak kalian menuntut ilmu”. Dalam
sejarah, belum pernah ada agama seperti agama Islam dalam (kelengkapan)
ajarannya kepada setiap pemeluknya. Tidak ada pemikiran di dunia ini yang
memberikan bimbingan kepada para penganutnya seperti (metodologi dalam)
pemikiran Islam.
Dr. Arthur Lawrence Foster
(Dosen Mata kuliah Islamic Scholarship di Cambridge University) mengatakan : “Pada
manusia. Islam memiliki pengaruh yang cukup menakjubkan dan patut disyukuri.
Kami memiliki banyak refrensi yang menunjukan peran serta kaum muslimin dalam
pengembangan seni, budaya, ilmu pengetahuan dan politik. Jelas kaum muslimin
tidak bisa mencapai perealisasian tujuan ilmiah yang tinggi ini apabila mereka
tidak memiliki semangat untuk belajar-mengajar. Semangat inilah yang membedakan
kaum muslimin sepanjang sejarahnya.
Dalam aktivitas pembentukan ilmu dan pemikiran, harus disertai
kejelasan dasar yang dipakai sebagai landasan oleh kedua orang tua, agar upaya
yang mereka lakukan terjamin keselamatannya, banyak pengetahuan dan
pemikiriran. Sebab, pembentukan keilmuan merupakan unsur terpenting dalam
membentuk pribadi anak, karena terkait dengan pembentukan otak dan pola pikir
anak. Apabila pembentukan yang dilakukan benar, tentu si anak akan menjadi baik
dan merupakan kabar gembira bagi kedua orang tua, namun sebaliknya, kalau
pembentukan yang dilakukan salah, si anak justru menjadi musuh bagi kedua orang
tua yang memerangi mereka dari dalam dan menyebabkan mereka masuk ke dalam Neraka.
Kita perhatikan bahwa dasar-dasar pembentukan ilmu yang diantara
atau diawali belajar dan cinta kepada ulama, disini menajdi jelas tentang
pentingnya peran kedua orang tua dalam mencari guru yang saleh bagi mereka,
yang nantinya akan menjadi cerminan bagi hati dan akal si anak. Oleh karena
itu, dasar-dasar yang dibutuhkan oleh kedua orang tua ini harus dikenali.
Masa kanak-kanak adalah masa belajar dan menuntut ilmu. Hal ini
diwariskan dari generasi ke generasi. Mendorong para orang tua untuk
menganjurkan anak-anak menuntut ilmu dan mencintai para ulama, karena “Menuntt
Ilmu adalah kewajiban atas setiap muslim” , baik dewasa maupun anak-anak,
laki-laki maupun perempuan. Menuntut ilmu adalah ibadah terbaik yag
dipergunakan sebagai media oleh seorang manusia untuk mendekatkan diri kepada
sang Maha Esa.
Oleh karena itu, masa kanak-kanak adalah masa paling subaur untuk
pembentukan ilmu dan pemikiran. Setelah ilmu pengetahuan dan menuntut ilmu
tertanam kuat dalam diri anak dan dipahami dengan baik, dia sendiri yang akan
melakukannya. Dia akan sanggup memikul segala beban dalam menuntut ilmu. Dia
akan begadang di malam hari untuk belajar, tanpa perlu didorong lagi oleh kedua
orang tuannya.
Haruslah bersemangat untuk memilih guru yang shaleh bagi anak-anak.
Berikanlah perhatian besar dalam masalah ini. Demikian jiga dengan guru yag
akan menjadi cerminan bagi si anak yang merefleksiakn segala gerak-gerik dan
tutur-katanya untuk kemudian terpatri dalam jiwa dan akal si anak. Guru
merupakan sumber penyerapan ilmu bagi anak.
Diantara besarnya perhatian (Guru dan orang tua) mereka, mereka
memberikan nasihat ke pada anak-anak untuk menerapkan adab-adab sebelum
menuntut ilmu. Membentuk Akhlak anak, kalaupun hal itu menuntut dilakukannya
suatu perjalanan untuk sampai ke tempat si guru yang shaleh, tetap mereka
lakukan dengan senang hati dan tanpa beban atau kesulitan. Kita tahu bahwa
perjalanan terutama yang jauh memberikan beban finansial kepada kedua orang tuanya.
Tetapi untuk membangun mentalitas anak cinta ilmu pengetahuan secara sehat dan
benar, sebesar dan semahal apapun biaya yang diperlukan terasa ringan untuk
dilakukan.
Sepatutnya harus memiliki guru yang pandai, taat beragama,
berakhlak mulia, mengerti kemauan anak, bersahaja, berwibawa, tidak sering
bercanda, tidak suka marah, tidak suka membentak, dan tidak mengeluarkan
kata-kata yang tidak layak di hadapan anak, tidak keras dan kasar, murah
senyum, cerdas, enak dipandang, bersih dan rapih.
Dengan dasar inilah dalam mendidik dan membimbing anak-anak, karena
seorang menyerap dari gurunya, akhlak, prilaku, budi pekerti, adab, dan
kebiasaan lebih banyak berkumpul dengan gurunya dan lebih panjang waktu
belajar, secara umum anak diperintahkan untuk meneladani sang guru dan menuruti
perintahnya.
Bandung
26 September 2016
Penulis
Komentar
Posting Komentar