Evolusi Agama dalam Kehidupan Masyarakat

Salah satu usaha untuk mengidentifikasi serangkaian evolusi agama dilakukan oleh Robert Bellah (1964). Ia mencatat lima tahap dalam evolusi agama, yaitu primitif, purbakala, historis, modern awal, dan modern.
Agama primitif terisi dengan mitos dan mahkluk spiritual. Menurut Bellah, derajat yang paling tinggi adalah menghubungkan dunia mitos dengan dunia aktual. Bellah mengemukakan bahwa agama primitif memberikan penekanan yang besar atas ritual, dan dalam pelaksanaan ritual para partisipan diidentifikasikan dengan mahkluk-makhluk mitos yang mereka wakilli. Agama primitif dikenal tidak memiliki spesialisasi, tidak ada padri, tidak ada jama’ah, dan tidak ada penonton. Agama dan masyarakat berbaur menjadi satu.
Agama-agama purbakala dikarekteristikkan oleh munculnya dewa, padri, ibadah kurban, dan konsepsi tentang kerajaan Tuhan.  Makhluk-makhluk mitos atau spiritual dengan karakteristik dalam agama primitif ditransformasikan menjadi dewa-dewa, yaitu makhluk yang diobjektifkan, yang menguasai dunia dan yang patut dihormati, dan disembah. Oleh karena itu, perbedaan diantara manusia sebagai subjek dan dewa-dewa sebagai objek jauh lebih pasti dibandingkan dengan agama primitif. Karena agama purbakala pada umumnya dijumpai dalam masyarakat yang mempunyai stratifikasi sosial, agama menjadi terjalin erat dengan sistem stratifikasi. Agama purbakala dikenal dengan kepadrian yang terspesialisasi dan ligitimasi oleh kepemimpinan politik yang dihubungkan dengan keagamaan.
Agama historis ialah agama-agama yang besar didunia yang timbul selama atau sesudah masa seribu tahun (milenium) pertama sebelum kristus. Tujuan utama agama historis adalah keselamatan (salvation), dan tindakan religius yang paling penting ialah tindakan mempersiapkan jalan untuk keselamatan. Oleh karena itu, agama-agama historis menempatkan tekan yang besar atas alam dunia sekuler yang pada dasarnya berdosa, dan menekankan perlunya penghindaran diri  religius dari dunia sekuler itu. Sedangkan penolakkan terhadap dunia sekuler itu tidak terdapat dalam agama primitif dan purbakala.
Agama modern awal timbul dengan adanya Reformasi Protestan. Agama ini meneruskan pembedaan yang dilakukan oleh agama-agama historis antara dunia sekuler  dan dunia lain, maupun perhatiannya yang kuat akan keselamtan, tetapi mengubah cara mencapai keselamatan itu. Bukannya menghindar dari dunia, keselamatan itu dicapai melalui keterlibatan langsung dalam masalah-masalah dinuiawi. Oleh karena itu, agama modern awal menolak tema penolakan dunia agama-agama historis.
Agama modern, ialah merupakan bentuk kehidupan keagamaan yang konsep dan ritual agamanya bersifat tradisional dan sebagiannya telah digantikan oleh kekhawatiran etik humanistik dari bebagai hal sekuler.
Wallace memandang  agama masyarakat sebagai pranata pemujaan (cult institutions). Suatu pranata pemujaan merupakan seperangkat ritual yang mempunyai tujuan umum yang sama, semuanya secara eksplisit dirasionalkan oleh seperangkat kepercayaan yang serupa atau yang berkaitan, dan semuanya didukung oleh sekelompok sosial yang sama. Ada dua tipe utama pranata pemujaan yang diidentifikasi oleh wallace, yaitu sebagai berikut:
1.      Pranata pemujaan induvidualistis muncul apabila tidak terdapat shaman, padri, atau spesialis-spesialis keagamaan lainnya untuk melakukan ritual. Akan tetapi setiap orang bertindak sebagai spesialis, dan melakukan ritual khusus apabila timbul kebutuhan untuk itu.
2.      Pranata pemujaan komunal, pranata pemujaan komunal dicirikan oleh sekelompok orang awam yanga “bertanggung jawab untuk pelaksanaan secara terjadwal atau sewaktu-waktu ritual-ritual yang penting bagi berbagai kelompok sosial, mulai para anggota kategori khusus-misalnya tingkat usia, jenis kelamin, anggota masyarakat rahasia, kelempok kerabat tertentu, dan mereka yang menderita penyakit tertentu- sampai pada komunitas keseluruhan. Contoh pemujaan komunal adalah ritual pertanian masyarakat Iroquois, seremoni nenek-moyang orang-orang china dan beberapa suku Afrika, dan ritual totemik dan pubertas di kalangan aborigin Australia.
Wallace mengidentifikasi empat tipe agama evolusioner yang didasarkan pada gabungan pranata pemujaan, yaitu:
1.      Agama-agama shaman, yang hanya terdiri atas pranata pemujaan individual dan shamanik;
2.      Agama-agama komunal, yang mengandung pranata pemujaan komunal, shamanik, dan indivdualistis;
3.      Agama-agama olympian, yang mengandung pranata pemujaan individual, shamanik, dan komunal ataupun pranata pemujaan eklesiastikal yang terorganisasi sekeliling rumah-rumah pemujaan (pantheon) dewa-dewa tinggi yang politeistik;
4.      Agama-agama monoteistik, yang mengandung peranata pemujaan eklesiastikal yang terorganisasi sekitar konsep suatu dewa tinggi tunggal.
Agama-agama shamanik terdapat pada masyarakat pemburu dan peramu. Kegiatan yang paling penting yang dilakukan oleh shaman ialah perjalanan tahunannya kedasar laut, suatu perjalanan yang berusaha menyakinkan Sedna Penjaga Hewan Laut untuk melepaskan perburuan yang diawasinya agar orang-orang Eskimo dapat hidup pada tahun berikutnya.
Agama-agama komunal terdapat pada masyarakat hortikultural. Wallace mengidentifikasi bahwa agama-agama demikian telah ditemukan di kalangan masyarakat Indian Amerika Utara, di kalangan masyarakat Afrika, dan di kalangan sejumlah masyarakat Melanesia dan Polinesia.
Agama-agama olympian paling umum dapat dijumpai dikalangan hortikultural yang itensif dan agraris. Agama-agama dunia yang besar, misalnya Yudaisme, Kristen, Islam, dan Hindu merupakan agama-agama moneteistik. Wallace membatasi konsepsinya mengenai agama monoteistik pada agama-agama dunia historis yang timbul selama atau sesudah seribu tahun pertama sebelum kristus.
Studi lain yang mencakup evolusi agama berawal dari Ralph Underhill (1975). Seperti Swanson, Underhill berusaha menentukan kondisi-kondisi sosial politik yang bertanggung jawab atas  adanya kepercayaan terhadap dewa tertinggi didalam beberapa masyarakat. Underhill menemukan bahwa adanya dewa tertinggi berkaitan erat dengan tingkat kompleksitas ekonomi dan politik masyarakat.  Underhill menafsirkan temuan-temuannya itu dalam pengertian yang dikemukakan oleh Karl Marx bahwa sifat sistem ekonomi adalah yang paling penting. Hal ini karena kompleksitas ekonomi mempunyai dampak sosial dan ideologis yang sangat banyak, termasuk dampak pada kepercayaan agama. Realitas ekonomi terletak dibawah kepercayaan agama mengakui kompleksitas organisasi sosial dan ideologi superstruktural. Tuhan, menurut Karl Marx, merupakan representasi kekuatan sejarah. Tuhan merupakan refleksi hubungan ekonomi dan sosial, kompleksitas ekonomi dan politik.
Max Weber mempunyai beberapa pandangan yang sama dengan Karl Marx menyangkut fungsi agama. Weber melihat agama melakukan fungsi-fungsi yang sangat berbeda untuk berbagai strata sosial dalam masyarakat yang mempunyai stratafikasi sosial. Weber mengatakan bahwa agama mendorong penganutnya berusaha keras untuk memperoleh kekayaan yang maksimal, sehingga surga dapat dibeli dengan mudah. Etos kerja umat beragama muncul karena bekerja merupakan ibadah dan persembahan kepada tuhan.
Pergeseran kehidupan beragama semakin rasional dan efektif. Jika dibandingkan antara agama pada masa jahiliah dan agama yang dibawa oleh Muhammad sebagai Nabi terakhir, dapat dilihat sisi rasionalnya. Masyarakat Jahiliah menganut agama yang dibuat oleh nenek moyang mereka. Latta dan Uzza adalah tuhan mereka, yang disembah menurut cara yang irasional, karena patung Latta Uzza buatan mereka, dan oleh mereka pula patung itu disembah dan diberi sesajen.
Kedatangan Islam yang berusaha menggeser agama masyarakat  Jahiliah sangat menyakitkan dan menimbulkan kemarahan besar di kalangan toko agama dan toko masyarakat Jahiliah, diantaranya Abu Jahal dan Abu Lahab. Keduanya berusaha membunuh Nabi Muhammad SAW., tetapi selalu gagal. Nabi Muhammad SAW. Membawa risalah Islam dengan ajaran yang memerdekakan kemanusiaan manusia. Kasta-kasta sosial dihapuskan, kedudukan perempuan diangkat, dan kesetaraan harkat dan martabat manusia dijadikan topik dakwah Islam.
Dengan upaya mengubah pola pikir dan pola hidup masyarakat, agama Islam semakin digandrungi orang-orang Jahiliah semakin sadar atas kesalahan yang selama ini dilakukannya. Akibatnya banyak saudagar kaya masuk, bahkan seorang tokoh masyarakat yang di kenal sangat garang, yaitu Umar bin Khathab pun masuk Islam.
Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan keterbatasannya menjadikan kenyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa di luar dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu berasal dari sumber yang luar biasa juga. Sumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan bahasa manusia. Misalnya tuhan, dewa, god, syang-ti, kami-sama Ingkang Murbeng Dumadi, dan De Weldadige.
Kenyakinan membawa manusia untuk mencari kedekatan diri kepada Tuhan dengan cara menghambakan diri, yaitu:
1.      Menerima segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya, dan yakin berasal dari tuhan;
2.      Mentaati segenap ketetapan, aturan, hukum yang diyakini berasal dari Tuhan.
Dengan demikian, agama merupakan segala bentuk penghambaan manusia kepada tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat tiga unsur, yaitu manusia, penghambaan, dan Tuhan. Oleh karena itu, paham atau ajaran yang mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebut dapat disebut agama.
Agama berdasarkan cara beragama dibagi menjadi beberapa cara, yaitu sebagai berikut:
1.      Tradisional, yaitu cara beragama berdasarkan tradisi. Cara ini mengikuti cara beragamanya nenek moyang, leluhur, atau orang-orang dari angkatan sebelumnya.
2.      Formal, yaitu cara beragama berdasarkan formalitas  yang berlaku dilingkungan atau masyarakatnya. Cara ini biasanya mnegikuti cara beragama yang berkedudukan tinggi atau berpengaruh.
3.      Rasional, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan rasio. Untuk itu, mereka selalu berusaha memahami dan mengahayati ajaran agamanya dengan pengetahuan, ilmu dan pengalamannya.
4.      Metode Pendahulu, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan akal dan hati (perasaan) dibawah wahyu.
Di Indonesia terdapat enam agama besar yang paling banyak dianut, yaitu: agama Islam, Kristen, (Protestan) dan Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Perkembangan agama yang dianut oleh masyarakat cukup signifikan. Diantara agama-agama yang ada didunia versi Wikipedia adalah sebagai berikut.
1.      Agama Baha’i dimulai di Iran pada abad ke-19. Pendirinya bernama Baha’u’llah. Pada awal abas ke-21, jumlah penganut Baha’i sekitar 6 juta orang yang berdiam lebih dari 200 negeri di seluruh dunia. Dasar-dasar ajaran Baha’i adalah asas-asas keesaan Tuhan, kesatuan agama, dan persatuan umat manusia.
2.      Buddha, berasal dari bahasa Sanskerta, Budh, artinya untuk mengetahui, mereka yang sadar, yang mencapai pencerhan sejati.
Tiga jenis golongan Buddha adalah:
a.       Samma-Sambuddha yang mendapat kesadaran penuh tanpa guru, hanya dengan usaha sendiri.
b.      Pacceka-Buddha atau Pratyeka-Buddha yang menyerupai Samma-Sambuddha, tetapi senantiasa diam dan menyimpan pencapaian Dhamma pada diri sendiri.
c.       Savaka Buddha yang merupakan Arahat (pengikut kedaran), tetapi mencapai tahap kesadaran dengan mendengar Dhamma. Kitab suci agama Buddha adalah Tripitaka.
3.      Druze (juga dikenal sebagai Druse; bahara Arab: darazi) adalah komunitas keagamaan yang basis umumnya terdapat di Timur Tengah. Kelompok ini muncul dari Islam dan dipengaruhi oleh agama dan filsafat lain, termasuk filasafat Yunani. Pendirinya adalah Muhammad Ad-Darazi.
Kaum Druze kebanyakan tinggal di Lebanon, meskipun ada pula komunitas yang kecil di Israel, Suriah, dan Yordania.Diperkirakan ada sekitar 2,3 juta Druze diseluruh dunia, dan kebanyakan daripadanya berada di Levant atau Mediterania Timur. Akan tetapi sejumlah orang memperkirakan keseluruhan populasi Druze hanya sekitar 450.000 orang.
4.      Agama Hindu (Bahasa Sanskerta: Sanatana Dharma, “Kebenaran Abadi”, Vaidika Dharma “Pengetahuan Kebenaran” adalah agama yang berasal dari anak benua India. Agama ini merupakan lanjutan dari agama Weda (Brahmanisme) yang merupakan kepercayaan bangsa Indo-Iran (Arya). Agama ini diperkirakan muncul antara tahun 3102 SM sampai 1300 SM dan merupakan agama tertua didunia dan masih bertahan sampai kini. Agama ini merupakan agama ketiga terbesar didunia setelah agama Kristen dan Islam dengan jumlah umat hampir satu miliar jiwa.
Hindu sering dianggap seabagai agama yang beraliran politeisme karena memuja banyak dewa, tetapi tidak demikian. Dalam agama Hindu, Dewa bukanlah Tuhan tersendiri. Menurut Hindu, Tuhan itu Maha Esa, tiada duanya. Dalam agama Hindu ada lima kenyakinan dan kepercayaan yang disebut dengan Pancasradha. Pancasradha merupakan kenyakinan dasar umat Hindu. Kelima kenyakinan tersebut, yaitu:
1.      Widhi Tattwa-percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan segala aspeknya.
2.      Atma Tattwa- percaya dengan adanya jiwa dalam setiap makhluk.
3.      Karmaphala Tattwa- percaya dengan adanya hukum sebab akaibat dalam setiap perbuatan.
4.      Punarbhava Tattwa­- percaya dengan adanya proses kelahiran kembali (reinkarnasi).
5.      Mosko Tattwa- percaya bahwa kebahagiaan tertinggi merupakan tujuan akhir manusia.
Dalam agama Hindu pada umumnya, konsep yang dipakai adalah monoteisme. Konsep tersebut dikenal sebagai filsafat Adwaita Wedanta yang berarti “tidak ada duanya”. Selayaknya konsep ketuhanan dalam agama monoteistik lainnya, Adwaita Wedanta yang menganggap bahwa Tuhan merupakan pusat segala kehidupan dialam semesta, dan dalam agama Hindu, Tuhan dikenal dengan sebutan Brahman.
Dalam kenayakinan umat Hindu, Brahman merupakan sesuatu yang tidak berawal, tetapi juga tidak berakhir. Filsafat Adwaita Wendanta menganggaptidak yang setara dengan Brahman, Sang Pencipta alam semesta. Meskipun banyak pandangan dan konsep ketuhanan dalam agama Hindu, dan dengan cara pelaksanaannya yang berbeda-beda sebagaimana yang diajarkan dalam Catur Yoga, yaitu empat jalan untuk mencapai Tuhan, semuanya diperbolehkan. Mereka berpengang teguh pada sloka yang mengatakan, “Jalan mana pun yang di tempuh manusia kepada-Ku, semua Aku terima dan Aku beri anugerah setimpal sesuai dengan penyerahan diri mereka. Semua orang mencariku dengan berbagai jalan, wahai putra Partha (Arjuna).
Secara umum, pustaka suci Hindu dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kitab Sruti dan kelompok kitab Smerti.
a.       Sruti berarti “yang didengar” atau wahyu. Yang tergolong kitab Sruti adalah kitab-kitab yang ditulis berdasarkan wahyu Tuhan, seperti  Weda, Upanishad, dan Bhagawadgita. Dalam perkembangannya, Weda dan Upanishad terbagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil, seperti Regweda dan Isopanishad. Kitab Weda berjumlah empat bagian, sedangkan kitab Upanishad berjumlah sekitar 108 buah.
b.      Smerti berarti “yang diingat” atau tradisi. Yang tergolong kitab Smerti adalah kitab-kitab yang tidak memuat wahyu Tuhan, tetapi kitab yang dituliskan berdasarkan pemikiran dan renungan manusia, seperti kitab tentang ilmu astronomi, ekonomi, politik, kepemimpinan, tata negara, hukum, sosiologi, dan sebagainya. Kitab-kitab Smerti merupakan penjabaran moral yang terdapat dalam kitab Sruti.
Weda merupakan kitab suci yang menjadi sumber segala ajaran agama hindu. Weda berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu dari kata vid yang beeerarti “tahu”. Kata Weda berarti “pengetahuan”. Para Maha Resi yang menerima wahyu Weda jumlahnya sangat banyak, tetapi yang terkenal hanya tujuh yang disebut Saptaresi  yaitu:
1.      Resi Gritsamada;
2.      Resi Wasista;
3.      Resi Atri;
4.      Resi Wiswamitra;
5.      Resi Wamadewa;
6.      Resi Bharadwaja;
7.      Resi Kanwa.
Ayat-ayat yang diturunkan oleh Tuhan kepada para Maha Resi, kemudian disusun oleh Bagawan Byasa atau Krishna Dwaipayana Wyasa dengan dibantu oleh empat muridnya, yaitu Bagawan Pulaha, Bagawan Jaimini, Bagawan Wesampayana, dan Bagawan Sumantu yang disusun secara sistematis ke dalam sebuah buku yang disebut Weda. Sesuai dengan isinya, Weda dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1.      Regweda Samhita;
2.      Ayurweda Samhita;
3.      Samaweda Samhita;
4.      Atharwaweda Samhita.
Keempat kitab tersebut disebut “Caturweda Samhita”.
Selain keempat Weda tersebut, Bhagawadgita yang merupakan intisari ajaran Weda disebut sebagai “Weda yang kelima”.  Bhagawadgita merupakan bagian dari kitab Bhismaparwa, yaitu kitab keenam dari seri Astadasaparwa kitab Mahabharata, yang berisi tentang percakapan antra Sri Kresna dengan Arjuna menjelang Bharatayuddha terjadi. Bhagawadgita terdiri atas delapan belas bab dan berisis ± 650 sloka. Setiap bab menguraikan jawaban-jawaban yang diajukan oleh Arjuna kepada Kresna. Jawaban-jawaban tersebut merupakan wejangan suci sekaligus pokok-pokok ajaran Weda.
Purana adalah bagian dari kesusastraan Hindu yang memuat mitologi, legenda, dan kisah-kisah zaman dulu. Kata purana berarti “sejarah kuno” atau “cerita kuno”. Penulisan kitab ini dimulai sekitar tahun 500 SM yaitu sebanyak delapan belas kitab.
Itihasa adalah bagian dari kesusastraan Hindu yang menceritakan kisah kepahlawanan para raja dan ksatria Hindu pada masa lampau dan dikombinasikan dengan filsafat agama, mitologi, dan cerita tentang makhluk yang supranatural, yang merupakan manifestasi kekuatan Brahman. Kitab itihasa disusun oleh para resi dan pujangga India masa lampau, seperti  Resi Walmiki dan Resi Byasa. Itihasa yang terkenal ada dua, yaitu Ramayana dan Mahabharata.
Ada dua kelompok filsafat India, yaitu Astika dan Nastika. Nastika merupakan kelompok aliran yang tidak mengkui kitab Weda, sedangkan kelompok Astika sebaliknya. Dalam Astika, terdapat enam macam aliran filsafat. Keenam aliran filsafat tersebut, yaitu Nyaya, Waisasika, Samkhya, Yoga, Mimamsa, Dan Wedanta. Keenam aliran tersebut dikenal dengan filsafat Hindu. Kelompok Nastika pada umumnya adalah kelompok yang lahir ketika Hindu masih berbentuk ajaran Weda dan kitab Weda belum tergenapi.
Meskipun  demikian, ajaran filsafat ini biasanya dipelajari secara formal oleh para pakar, pengaruh dari setiap Astika dapat dilihat dari sastra-sastra Hindu dan kenyakinan yang dipegang oleh pemeluknya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam agama Hindu, dikenalistilah Catur Warna bukan sama sekali dan tidak sama dengan kasta. Karena dalam ajaran Pustaka Suci Weda tidak terdapat  istilah kasta, yang ada hanyalah istilah Catur Warna. Dalam Catur Warna masyarakat dibagi menjadi empat golongan.
1.      Brahmana: golongan pendeta, orang suci, pemuka agama, dan rohaniwan;
2.      Ksatria: golangan raja, adipati, patih, menteri, dan pejabat negara;
3.      Waisya: golongan pekerja dibidang ekonomi;
4.      Sudra: golongan pembantu ketiga golongan diatas.

Menurut ajaran Catur Warna, status seseorang diperoleh dengan pekerjaannya. Jadi, status seseorang tidak diperoleh semejak dia dilahir, tetapi diperoleh setelah ia menekuni profesi atau ahli dalam suatu bidang tertentu. Catur Warna menekankan seseorang agar melaksanakan kewajibannya dengan sebaik-baiknya. Keempat golongan sangat dianjurkan untuk saling membantu agar mereka dapat memperoleh hak. Dalam sistem Catur Warna terjadi siklus “memberi dan diberi” jika keempat golongan ini memenuhi kewajibannya.

Penulis Sunyi : Yadi Jayadi
bandung 2 Maret 2014 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUKUM KEBENDAAN DAN HAK KEBENDAAN

KAIDAH-KAIDAH FIQIH

“Menanamkan Cinta Ilmu Kepada Anak”