WANITA DAN NILAI KEMANUSIAAN
Menjadi laki-laki ataupun wanita adalah sebuah kenyataan,
bukan pilihan. Ketetapan
bahwa saya laki-laki dan anda wanita merupakan ketetapan Sang Mahakuasa atas
diri kita. Apabila
kta merasa memiliki jenis kelamin tertentu dimana dengan jenis kelamin ini kita
merasa telah menjadi korban kehidupan, maka sungguh, persoalannya tidak
terletak pada kesalahan dalam jenis kelamin kita sendiri.Tak ada satu argumen
pun, dimana penderitaan yang kita alamin merupakan beban yang diberikan Tuhan.
Menjadi
seorang wanita, berarti kita tengah menjalankan takdir sebagai wanita. Sama halnya dengan menjadi
seorang laki-laki, berarti kita tengah menjalani takdir sebagai seorang
laki-laki. Apabila
kita merasa
ditindas, dijajah, atau anda dieksploitasi oleh laki-laki, maka janganlah anda
meyalahkan diri anda sendiri sebagai akibat anda seorang wanita. Lalu, janganlah anda
menyalahkan laki-laki tersebut sebab dirinya laki-laki. Apabila anda sampai merasa
yang seperti itu,anda
sesungguhnya tengah mengidap penyakit yang disebut “Sakit Karena Pikiran”.
Dengan
perhatian yang sangat besar, Islam membentuk wanita sedemikian rupa sehingga
melahirkan tokoh-tokoh besar yang menyemarakan dunia dengan kebijaksanaan dan
keadilan. Juga
menancapkan panji-panji kemenangan di jantung Asia, dipuncak-puncak pegunungan
Afrika, dan di berbagai penjuru deretan Eropa. Mereka berhasil menerapkan
agama, ajaran, bahasa, ilmu, dan sastra mereka yang diikuti dan digemari oleh
berbagai kalangan manusia.Dalam sebuah pepatah klasik dinyatakan, “Sesungguhya, dibelakang setiap laki-laki
yang Agung, ada sosok Wanita yang Agung”.
Wanita
itu merupakan ibu-ibu yang telah, akan, melahirka fajar (Ruh Semangat Juang).
Kebesaran Islam menjulang karena jasanya (para wanita). Kekuatan islam
terbangun karena perannya. Berkat meraka, kemuliaan Islam tersebar luas dan
pilar-pilarnya tertancap dengan kokoh.Itulah gambaran peran kaum wanita di
masa-masa keemasan Islam.
Ibu adalah madrasah
Bila engkau mempersiapkanya dengan baik
Berarti engaku telah mempersiapkan suatu generasi yang
mulia
Ibu adalah taman
Bila engkau rajin menyiraminya
Maka ia akan tumbuh subur dan lebatlah dedaunannya
Ibu adalah guru
Guru dari segala guru
Sentuhan, Jasa, dan pengorbanannya akan menyelimuti
seluruh cakrawala.
Ketika
Islam datang, maka lenyaplah semua kezhalimaan yang dahulu sering menipa kaum
wanita, dan Islam mulai mengembalikan
mereka kepada derajat yang sesungguhya sebagai manusia yang memiliki kemuliaan
sebagaimana kaum laki-laki. Peranan kaum Wanita dalam mewujudkan tatanan
kehidupan umat dalam berbangsa dan bernegara sangatlah kentara, karena seyogyanya, para pemimpin negeri
ini siapapun dia, berikut juga kita, terlahir dari rahimnya seorang perempuan,
yakni ibu kita selaku orangtua biologis sang perempuan yang sering kita
wacanakan dalam ruang-ruang publik.
Kaum
Wanita merupakan sosok unik, eksotik sekaligus menarik dengan segala kelebihan
dan keterbatasannya. Saking menariknya sosok seorang wanita, sekian banyak
adagium, sabda, dan firman Tuhan bercerita tentang kemuliaan mereka. Saking
Tuhan memuliakan wanita, tak tanggung-tanggung, Ia menyematkan salah satu Asma-Nya dalam Asmaul Husna (Nama-nama Allah
SWT yang baik) pada struktur anatomis tubuh perempuan yakni Ar-Rahim yang
berarti maha penyayang.
Dalam
struktur anatomis tubuh pria, tidak ada yang namanya rahim, karena rahim memang
menjadi monopoli semua kaum wanita, lelaki tidak. Lantas dalam beberapa
keterangan, adapula yang menyatakan bahwa Allah Swt telah menciptakan
sekokoh-kokohnya tempat bagi mahluk-mahluknya, dan bukannya gunung dengan
puncaknya yang menjulang serta lautan samudera dengan ombaknya yang menggelora,
melainkan rahimnya seorang perempuan. Sungguh perempuan adalah mahluk yang
mulia bagi mereka yang bisa menjaga kehormatannya.
Perempuanpun
memperoleh kemuliaan dan penghargaan yang tinggi dihadapan Muhammad (Rasulullah
SAW), sebagaimana sabdanya “bahwa Syurga berada di bawah telapak kaki Ibu”.
Kemudian pernah pula seorang sahabat bertanya kepada Baginda Rasulullah tentang
siapa yang harus terlebih dahulu dihormati dan dipatuhi perkataannya, maka
Baginda Rasulullahpun tegas menjawab, Ibumu...Ibumu...Ibumu lantas kemudian
barulah Bapakmu.
Kiranya
perlu menjadi catatan untuk kita semua, muliakanlah kaum perempuan, karena
ibunda kita semua adalah seorang perempuan. Hormatilah ia yang telah
mengorbankan separuh jiwa dan raganya demi buah hati tercinta. Junjunglah ia
ditempat tertinggi di bumi ini. Pergaulilah ia dengan kelembutan dan
keikhlasan, rendahkanlah tubuh dan suaramu ketika berada dihadapannya, dan
lantunkanlah selaksa doa kebaikan sebagai wujud penghormatan serta pengabdian
kita kepada Ibunda tercinta. Karena engkau seorang wanita, maka muliakanlah
dirimu. Penulis Sunyi.
Bandung, 12 Agustus 2018
Penulis Sunyi
Komentar
Posting Komentar