Media Sosial dan Berkembangnya Kebencian
(Media
Sosial Idealnya Menjadi Sumber Berkembangnya Ilmu Pengetahuan Menurut
Pemikiran Rocky Gerung)
Takhabisnya
kita membicarakan yang satu ini yakni “Media Sosial” hampir semua orang
menggunaknnya, terlepas dari segala bentuk kontroversi dari penggunanya. Media
Sosial menurut wikipedia Media sosial adalah sebuah media daring,
dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan
menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial,
wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan
wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat
di seluruh dunia.
Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan
media sosial sebagai "sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang
membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0 , dan memungkinkan
penciptaan dan pertukaran user-generated content". Media
sosial hemat penulis sebuah saluran yang bernasis Internet dengan menggunakan
acount seperti halnya Facebook, Instagram, Twitter dan banyak lagi.
Media
sosial hemat penulis merupakan media berekspresi dan mengekspresikan apa yang
ada dalam pikirannya supaya mudah untuk dijangkau oleh yang lainnya. Banyak
manfaat dan tidak sedikit pula madaratnya apabila kita mau mencermati dari
media sosial itu sendiri. bukanlah hal yang
lumrah untuk saat ini. Media sosial memberikan efek atau dampak yang memiliki
perubahan besar dalam seluruh bidang, mulai dari politik, ekonomi, sosial dan
budaya yang menyeluruh. Banyak contoh manfaat dari media sosial.
Tapi
tak menafikan jua ambil Contoh dan inilah faktanya : Gara-gara Cuitan di Media
Sosial, Hubungan Dagang dan Diplomatik Arab Saudi-Kanada Putus “Sebuah
pesan Twitter dari menteri luar negeri Kanada, Chrystia Freeland
pada Kamis pekan lalu memantik kemarahan kerajaan Arab Saudi di
Riyadh. Menlu Kanada ini mengritik aksi penangkapan sejumlah aktivis
perempuan di Arab Saudi, diantaranya Samar Badawi yang saudara perempuan
blogger Raif Badawi. Itulah dari dampak media sosial. Lantas seperti apakah
kita harus menggunakanya Media Sosial dan Bagaimana Kita dalam memeberikan
Kritik, mari kita selami dari Rocky Gerung yang namanya begitu buming banyak di
bicarakan.
Dan
akhir-akhir ini juga Rocky Gerung Pengamat
Politik dan Dosen Filsafat mengangkat tema
(Media Sosial) ini dalam upaya untuk memulihkan akal sehat publik yang
akhir-akhir ini sulit dijumpai. Kelangkaan akal sehat publik dapat dengan
mudah ditemukan pada media sosial. Media sosial idealnya menjadi sumber
berkembangnya ilmu pengetahuan, namun kenyataan yang kita jumpai justru
kebalikannya. Hari-hari ini media sosial malah menjadi tempat berkembangnya
kebencian, provokasi dan segala bentuk ketidakadilan. Realitas ini mau tidak
mau mengantarkan kita pada pertanyaan tentang keberlangsungan demokrasi.
Berpikir kritis ternyata bukan sekadar urusan akademis, tetapi ia beririsan
langsung dengan kehidupan politik, kehidupan bernegara.
Absennya kritisisme menurut Rocky Gerung berkontribusi pada
fenomena pengerasan ideologi, karena sentimen dan bias kognisi beredar dalam
media. Banalitas adalah endemi yang tidak hanya menjangkiti masyarakat secara
luas, tapi juga menjangkiti percakapan akademis.
Pandangan Rocky Gerung, masyarakat saat ini cenderung abai
pada substansi dan berfokus pada sensasi. Saat ini momen berpikir kritis adalah
sebuah kelangkaan, sehingga penting dilakukan upaya-upaya untuk mengaktifkan
kapasitas kritis manusia. Mengaktifkan pikiran kritis artinya mempertanyakan
apa yang terjadi. Bernalar yang keliru (logical
fallacy) adalah hal yang perlu diperhatikan dalam memproduksi
pikiran kritis. Bernalar yang keliru pertama-tama terjadi karena alur pikiran
yang tidak sesuai dengan pakem logika, namun selain itu bernalar yang keliru
juga dapat terjadi karena gangguan kognisi pada mental seseorang. Bahwa
gangguan kognisi bisa terjadi karena nalar tidak lagi dipimpin oleh pikiran
melainkan oleh keinginan. Dengan kata lain, logika tidak lagi beroperasi dan
bias kognisi telah mendominasi.
bahwa logika dan kontrol terhadap bias kognisi adalah hal
yang dapat dipelajari, namun ada situasi di mana seseorang malas untuk
mengambil risiko dan mengambil jalan pintas pada believe. Artinya,
seseorang tidak lagi mengandalkan penalaran tetapi memilih untuk melandaskan
argumennya pada fundamen-fundamen tertentu seperti metafisik, teologis dan
kultural. Menurutnya, setidaknya ada 3 hal yang harus selalu diwaspadai dalam
memastikan aktivitas berpikir kritis yaitu: bernalar yang keliru, bias
kognisi dan fanatisme terhadap nilai.
Kritik adalah hal yang esensial dalam menjamin
keberlangsungan momen berpikir kritis. “Berpikir kritis artinya mengurai dan
menganalisis berbagai macam problem, menganalisis artinya melakukan kritik,”.
Kritik adalah hal yang penting dalam upaya melakukan analisis, namun seringnya
orang berfokus pada solusi. Kritik yang tanpa menghasilkan solusi dianggap
sebagai kesia-siaan. Padahal menurut Rocky Gerung solusi bukanlah esensi dari
kritik. Melakukan kritik artinya kita sedang menjalankan fungsi primer sebagai
manusia.
Berpikir kritis artinya bercakap dalam ruang dialogis dan
terbuka terhadap kritik. Ironisnya, hari-hari ini orang mengidap
resistensi terhadap kritik. Dalam hal kehidupan politik misalnya, kritik tidak
dipahami sebagai suatu hal yang konstruktif melainkan sebagai ancaman terhadap
jalannya pembangunan. Rocky Gerung mengungkapkan bahwa makna demokrasi adalah
menjalankan kekuasaan yang diberikan oleh rakyat dan mempertanggungjawabkannya
kembali pada rakyat. Dengan demikian, kritik seharusnya dipahami sebagai upaya
untuk melakukan evaluasi terhadap mandat demokrasi itu sendiri.
Kritik melekat dalam demokrasi. Rocky Gerung mengungkapkan
bahwa demokrasi hanya dapat diaktifkan dengan melakukan kritik, sehingga
menolak kritik dalam upaya menghidupi demokrasi adalah bentuk inkonsistensi
dalam penalaran. Menolak kritik artinya menolak demokrasi.
Saat ini kita dihadapkan pada sebuah kondisi di mana terjadi
ketidakcukupan dalam melakukan kritik atas sebuah persoalan. Sebuah kondisi di
mana masyarakat cenderung cepat beraksi daripada terlebih dahulu melakukan
refleksi. Rocky menyatakan bahwa kritik haruslah tiba pada lapisan terakhir
sebuah persoalan dan mampu melihat yang tidak terpikirkan. Kritik adalah sarana
pembebasan, karena hanya melaluinya masyarakat dapat keluar dari wilayah
doktrinasi.
Lantas bagai mana kita aktif di media sosial dengan adanya
Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik dan analisa tentang kritik
yang di sampaikan Rocky Gerung diatas. Sungguh ini menjadi dilematis bagi kita
sebagai anak bangsa yang ingin berdemokrasi dalam mengeluarkan kritik yang
membangun untuk bangsa ini, tapi hemat penulis kita boleh-boleh saja
berekspresi di media sosial dalam mengkritisi pemerintah dan para elit dalam
rangka mengontrol berjalanya mereka dalam mengelola negara ini. Tentunya dengan
sandaran Ilmu, Etika, dan Niat Ingin Membangun. Buka dengan sentimentil atau
bahkan marah ingin menjatuhkan. Itu yang dapat saya simpulkan. Semoga tidak
puas. Berlanjut....
Bandung, 09 Agustus 2018
Penulis Sunyi
Komentar
Posting Komentar