Opini dan Para Elit Politik Bangsa Ini
Para elit sepekan ini banyak
memberikan opininya, terlebih bangsa ini menghadapi konstalasi “pesta demokrasi
(PILPRES 2019)” para elit banyak mengeluarkan opininya berkaitan Cawapresnya
yang akan dipasangkan nantinya. Namun penulis tidak akan membahas Capres
maupuan Cawapresnya. Melainkan para elit politik yang berkaitan dengan OPINI
atau Narasi-narasi mereka dalam berpendapat. Pendapat atau Opini berarti
kesimpulan yang ada dalam pikiran dan belum dikeluarkan untuk bisa
diperdebatkan. Suatu opini yang kira kira sudah menetap adalah sentiment dan
jika dipegang secara teguh kurang lebih adalah suatu keyakinan sedangkan
pandangan adalah suatu opini yang agak diwarnai oleh kecendrungan.
Apabila
kita mau melihat para elit politik dalam mengeluarkan pendapatnya akhir-akhir
ini selalu memiliki multi-perspektif (dua arti) yang berlainan, yang seharusnya
Opini itu adalah suatu pernyataan mengenai sesuatu yang sifatnya bertentangan
atau sedikitnya terdapat pandangan yang berlainan mengenai suatu hal. Tetapi
para elit politik selalu
multi-perspektif.
Opini
juga dianggap sebagai jawaban lisan individu yang memberi respon atau tanggapan
kepada rangsangan dimana suatu situasi atau keadaan yang pada umumnya diajukan
suatu pertanyaan. Jadi, opini yang
dimaksud adalah suatu taksiran yang berbentuk di dalam pikiran mengenai sesuatu
hal yang sifatnya bertentangan. Sementara opini yang dimaksud pada penulisan
ini adalah suatu pernyataan mengenai persoalan-persoalan tertentu.
Opini
setidaknya mempunyai beberapa unsur diantaranya Pertama tentang sesuatu
Kepercayaan adalah sistem penyimpanan yang berisi pengalaman kita dimasa lalu,
meliputi pikiran, ingatan, dan interpretasi terhadap sesuatu. Kedua
(keadaan yang mudah terpengaruh) terhadap seseorang, ide atau obyek
yang berisi komponen-komponen pengertian, perasaan atau emosi, dan perilaku. Ketiga
proses internal yang memungkinkan untuk memilih, mengorganisasikan dan
menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita dan proses tersebut mempengaruhi
perilaku kita. Pantaslah mereka para elit politik begitu mudah untuk berkelit
dengan opini yang mereka bangun dengan tiga kriteria beropini.
Analis politik Rocky Gerung membedakan pengetahuan dan opini.
Menurutnya pengetahuan adalah sesuatu yang koheren, permanen dan stabil secara konsep
atau dalam bahasa Inggris disebut unchangeable. Sedangkan opini dapat berubah-ubah
setiap waktu dan bersifat temporer. Rocky merujuk pada kisah Plato
untuk melihat asal muasal dari pembedaan pengetahuan dan opini. Menurut
filsafat Plato, segala sesuatu yang kita lihat secara indrawi bukanlah sesuatu
yang nyata karena bisa dirasakan secara berbeda-beda oleh setiap orang. Plato
lebih menekankan pada hal-hal yang ideal untuk mencapai kebenaran pengetahuan.
Berangkat dari sejarah filsafat ini, pengetahuan menurut Rocky dimaksudkan
sebagai obsesi manusia untuk tidak terjebak pada opini yang seringkali
menyesatkan.
Konstalasi politik 2019 begitu hangat dengan Opini dan
Narasi-Narasi Para Elit Politik yang membuat kita terhipnotis dan hanyut di
dalam opini yang dibangun oleh mereka, sehari kita dibuat semangat euforia
didalamnya, sehari berikutnya kita terheran-heran dibuatnya, sehari berikutnya
kita disuguhkan dengan harapan yang pada akhirnya melemahkan. Begitu dan
begitulah adanya. Suka tidak suka kita menyimaknya.
Menurut pendapat Rocky Gerung perbedaan antara pengetahuan
dan opini berdasarkan filsafat Plato yang menjadi cikal bakal ilmu pengetahuan
modern saat ini. Menurutnya pengetahuan selalu berkaitan dengan abstraksi
sedangkan opini melekat dengan persepsi. contohnya bagaimana kita selalu
menyebutkan berbagai jenis kursi seperti kursi hitam, kursi taman, kursi yang
berkaki empat, kursi yang terbuat dari kayu dan lain sebagainya, hal ini adalah
cara kita mengopinikan sesuatu. Sedangkan “kursi” adalah hasil abstraksi yang
sebenarnya dari berbagai jenis kursi yang kita sebutkan tadi dan itulah yang
disebut sebagai pengetahuan. Dari pembedaan antara opini dan pengetahuan, kita
sudah bisa menebak bahwa pengetahuan menjadi salah satu hal yang fundamental untuk
melatih diri agar berpikir kritis. Kita sering berpikir tidak kritis karena
kita dipimpin oleh believe (rasa percaya) dan bukan reasoning (cara berpikir
logis).
Hemat penulis para elit politik kita begitu sangat cerdas
untuk memberikan opininya dan opininya dibangun seolah-oleh itu bangunan yang
kokoh, tapi pada kenyataannya opini yang mereka bangun banyak gambaranya Bisa
Baik, Bisa Sangat Baik, Bisa Buruk bahkan Bisa Saja Membahayakan dengan opini
yang mereka bangun dan dicekokan kepada rakyat banyak. Itu dan begitulah bangsa
saat ini. Baiknya para elit memberikan nilai etika dalam
berdialektika di hadapan publik. Tapi publik saat ini sudah mulai sadar dengan
opini-opini dan narasi-narasi yang jelek. Maka akan lahirlah OPINI PUBLIK yang
murni dari akar rumput dan naik memberikan sinyal kepada para elit politik.
Opini
public juga berfungsi dan berperan sebagai pemancaran dari moral suatu
masyarakat, karena moral memberikan standar nilai-nilai yang dianggap pantas dan
harus ditaati oleh individu-individu para elit pilitik yang mereka mewadahi
suara rakyat bangsa ini. Jelas kiranya bahwa penguasa atau pemerintah yang
sedang berkuasa harus orang-orang yang diingini oleh public. Demikian juga
kebijakan yang dijalankan harus pula didukung oleh public dalam arti
kepentingan-kepentingan public itu terakomodasi dengan baik. Maka dapat
dipahami jika Opini public di negara demokrasi diposisikan sebagai kekuatan
keempat, setelah tiga kekuatan dan kekuasaan lainnya dalam trias politika dari
Montesqueue. Maka apabila mereka para elit membangun opini dengan pengetahuan
yang sebenarnya tentunya akan menghasilkan kekuatan baru yang terlahir dari
akar rumput (dari masyarakat bawah).
Hematnya
Opini Publik akan menjelma sebagai sebuah kekuatan politik, telah terbukti
mampu mendukung suatu kekuasaan di Indonesia dan juga telah terbukti seperti
norma-norma hukum, adat istiadat, agama dan kepercayaan. Memiliki kekuatan dan
peranan dalam mengganggu kekuasaan. Bahkan, Opini Publik mampu menggulingkan
rezim yang berkuasa. Oleh sebab itu, Opini Publik sebagai sebuah kekuatan
politik di Indonesia juga telah menjadi realitas politik yang tercatat dalam
sejarah kajian komunikasi politik.
Berarti Opini Publik berfungsi memberikan
pengertian (Pengetahuan, Etika, Moral Bangsa, dan banyak lagi ), sehingga
dengan adanya pengertian itu seseorang dapat objektif menanggapi persoalan atau
masalah yang merebak dalam masyarakat. Sedangkan the identification function,
yakni Opini Publik berfungsi memperkenalkan pendapat-pendapat yang merupakan
kesepakatan kelompok kepada individu-individu anggotanya. Kemudian the
resolving of the internal function, yaitu Opini Publik berfungsi untuk
memecahkan persoalan internal suatu kelompok antara lain dengan melakukan
pembagian tugas antar sesama anggota kelompok. Dengan demikian rakyat kita, dan
bangsa ini akan Cerdas dalam beropini bukan berfantasi dalam beropini
mengedepankan logika dan fakta sosial yang berada dilapangan. Itulah pesan
dalam tulisan kali ini.
Bandung,
08 Agustus 2018
Penulis
Sunyi
Komentar
Posting Komentar