“Apabila Sebuah Bangsa Ingin Baik, Maka Perbaiki Perempuannya”

(Penulis
bergiat : Mahasiswa UIN SGD BDG/Fakultas Syariah dan Hukum, Pimpinan Umum
Lembaga Pers Mahasiswa, Pembina Remaja Komplek Griya Mitra, Guru DTA Mitra
Muhajirin Bandung)
Wanita
muslimah merupakan salah satu unsur kekuatan masyarakat muslim. Kalau kita mau mencermati, sungguh wanita sangat dimuliakan dalam Islam
saudara-saudaraku. Betapa banyak buku-buku yang membedah habis mengenai wanita,
karena memang wanita adalah makhluk yang unik dan istimewa. dalam Al-Qur’an
saja dapat kita lihat betapa banyak hukum yang dikhususkan untuk wanita, hal
ini bukan dikarenakan kaum wanita itu lemah dan banyak kekurangan.
Sebuah Negara itu
kucinya adalah “Rumah” dan kuncinya rumah adalah Ibu (Wanita), dia adalah benih
utamanya “Apabila sebuah bangsa ini mau baik, Maka Perbaikilah Wanita”,
Tapi Kalau Perempuannya di rusak Maka tinggal menunggu waktu saja untuk sebuah
Negara jatuh” .
Kalau kita melihat
kebelakang jauh sebelum islam hadir di budaya manapun wanita itu tidak
medapatkan tempat yang mulia, ada yang sifatnya bahwa wanita itu dianggap
seperti barang, “jadi umpama suaminya meninggal, itu istrinya bisa
diwariskan” mereka kala itu menganggap wanita seperti barang, bahkan
ada juga kala itu yang menganggap bahwa “wanita tidak berhak mendapatkan
warisan”, jadi kita bisa lihat dan perhatikan wanita sebelum islam
hadir itu mendaptakan perlakuan yang sangat hina.
Diberbagai wilayah di Indonesia
terutama di dalam masyarakat yang masih tradisional, khususnya masyarakat
Patrilineal, perempuan dianggap sebagai Konco Wingking yang
berarti kaum perempuan tidak sederajat dengan kaum pria. Perempuan dianggap
hanya bertugas melayani kebutuhan dan keinginan suami saja. Selain itu
perempuan dianggap sebagai manusia kelas dua setelah laki-laki yang tidak cakap
melakukan perbuatan hukum secara mandiri.
Musuh-musuh agama kita tahu dengan
baik bahwa wanita muslimah merupakan salah satu unsur kekuatan masyarakat
muslim. Oleh sebab itu, mereka berusaha sekuat tenaga, sepanjang siang dan
malam, untuk melumpuhkan pergerakannya dan menggiringnya ke dalam lebah fitnah.
Mereka sangat gelisah saat melihat
fenomeena wanita-wanita muslimah yang kembali memberian kontribusi besar kepada
umat ini dengan melahirkan ulama-ulama aktivis dan mujahidin yang tulus.
Fenomena ini membuat mereka mencurahkan sekian besar perhatiannya untuk membuat
wanita-wanita muslimah itu menjadi mandul dan hanya melahirkan generasi yang
tidak memiliki jati diri dan jauh dari ajaran agama.
Untuk mencapai tujuan
yang hina ini, musuh-musuh Islam menempuh segala cara dan membuat berbagai
rencana untuk merusak wanita muslimah. Mereka mepropagandakan isu tentang “Problematika
Wanita” yang pada substansinya menyatakan bahwa persoalan wanita muslimah
harus dibicarakan daan dibahas kembali untuk diperjuangkan dan mendapat
pembelaan. Dengan alasan, selama ini wanita muslimah terzalimi, belahan yang
tidak diberdayakan, paru-paru yang tidak berfungsi, dan tidak mendapatkan
hak-haknya, karena laki-laki telah medominasi dan seluruh sendi kehidupannya.
Disaat yang sama,
mereka juga melancarkan serangan terhadap pemakaian hijab dengan segala cara.
Mereka menyeru kepada kaum hawa agar melepaskan diri dari “belenggu” dan
bersikap bebas. Mereka mengajak wanita muslimah agar bergaul bebas dengan
lelaki tanpa batas yang jelas untuk menghempaskan mereka ke dalam lembah nista
dan fitnah dengan alasan bahwa yang paling penting adalah pendidikan. Sedangkan
mereka sendiri menganggap dirinya bebas dari sumber penyakit dan terhindar dari
tempat-tempat yang ternoda.
Malangnya, propaganda
busuk ini berhasil merasuki banyak kalangan muslim sendiri, baik laki-laki
maupun perempuan. Banyak orang yang terimbas dan ikut-ikutan menyebarkan
rumor-rumor batil tersebut. Mereka seakan-akan lupa bahwa sepanjang sejarah,
wanita tidak pernah mendapat kedudukan yang terhormat, kecuali dalam ajaran
Islam.
Dalam peradaban
Yunani,Romawi, India, Yahudi, dan Arab Jahiliah, wanita dipandang hanya sebagai
bakteri yang tidak layak untuk sekedar hidup. Bahkan dalam peradabban komoditas
permainan dan kesenangan ketika masih muda, menarik, dan cantik. Tetapi, saat
sudah lanjut usia, nasibnya berakhir ditangan lingkungan panti jompo.
Islam hadir untuk
mengangkat wanita dai kerak lembah yang mengenaskan dan menempatkannya aa
kedudukan yang sngat terhormat. Islam memandangnya sebagai belahan jiwa
laki-laki dan menjadikan berbakti kepada ibu leih utama dari pada berbakti
keada ayah.
Kita harus bersyukur
sebagai muslim, karena dengan Islam semua di muliakan, perempuan diberikannya
jatah warisannya, perempuan di posisikan yang paling mulia, dan Islam
memberikan keleluasaan kepada wanita untuk “Menuntut Ilmu dan Bahkan
Untuk Mencari Pendapatannya Sendiri” jadi sangat luar biasa. Islam pun memberikan ruang-ruang sosial
kepada wanita, mereka berkiprah dimasyarakat di berbagai bidang kehidupan.
Filosofi Wanita
Wanita diciptakan dari
tulan rusuk ini tidak semata-mata tidak ada maknannya melainkan ada makna yang
tersirat “wanita diciptkan dari tulag rusuk di bawah tangan, dia bukan
diciptkan dari tulang kaki yang semeah-menah boleh di injak-injak, tapi perlu
kita ingat, dia(wanita) bukan diciptakan dari tulang kepala, melainkan dia
diciptakan dari tulang rusuk di bawah tangan dengan tujuannya untuk di lindungi
dan di berikan kasih sayang”.
Sudah saatnya wanita
muslimah mengetahui fakta-fakta ini dan menumbuhkan kembali kerinduan dalam
pandangan dan hatinya untuk mengikuti sosok-sosok ideal dan teladan-teladan
yang suci serta shalihah.
Dan harus kita pahami
orang itu mendapatkan nikmat itu di posisinya, makanya bukan masalah
tinggi-tinggian “wanita itu akan merasakan kebahagian dengan islam, tepat
pas di posisinya”.
Wanita dalam
peranannya, Pertama, wanita sebagai Muslimah, Kedua. Wanita
sebagai Istri, Ketiga. Wanita sebagai Ibu dan Keempat. Wanita
sebagai peranaan sosial. Islam
sendiri pun tak kurang contoh atas fungsi dan peran kaum wanita dalam
pembangunan yang terdapat di dalam al-Qur’an maupun sirah. Dengan kecerdasan
intelektual, spiritual, emosional, dan kelihaian mereka dalam berstrategi
dengan pendapat-pendapat dan pengambilan sikap bijak dan keberanian mereka
menghadapi suatu konflik yang terjadi adalah merupakan contoh abadi bagi kita.
Sebut saja Asiah Istri Fir’aun, Ratu Balqis dari kerajaan Yaman, kedua istri
Rasulullah Siti Khadijah Siti Aisyah dan para sahabat wanita lainnya. Tak
pernah berteriak dan mempeributkan akan haknya sebagai wanita mempeributkan
gender akan tetapi dengan anggun dan terhormat mereka membuktikan mampu
mengukir sejarah abadi sebagai wanita berprestasi secara holistic yang membawa
pengaruh besar bagi kehidupan.
Peran aktif wanita dalam pembangunan di
Indonesia mengalami perkembangan hal ini dapat kita lihat salah satunya melalui
sejarah perjuangan R.A Kartini menuntut perannya sebagai wanita untuk berkarya
bagi bangsanya hingga proses perjuangan para kaum wanita saat ini yang berjuang
memperoleh haknya untuk berkarya bagi bangsanya di berbagai bidang dengan
pengarus utamaan gender.
Kiprah
peran wanita dalam pembangunan tentu saja mutlak diperlukan, hal ini
berdasarkan dari berbagai macam potensi dari kaum wanita itu sendiri secara
general maupun individual dalam pembangunan. Sejarah telah membuktikan bahwa
wanita memiliki peran strategis dalam suatu pembangunan. Sebagaimana yang
dimaksud oleh Bung Karno, agar kaum wanita ikut memastikan arah gerak
negara, sehingga kaum wanita mendapatkan hak dasarnya sebagai manusia yang
mulia.
Ruang
apresiasi peran wanita yang saat ini telah diberikan dan semakin terbuka,
memberikan banyak kesempatan kepada kaum wanita untuk menunjukkan eksistensinya
dalam pembangunan bangsa. Tentu saja kesempatan tersebut akan sangat memiliki
manfaat atau dampak yang baik dengan hasil yang signifikan apabila para kaum
wanita tidak sekedar memiliki bentuk protes akan hak yang dituntutnya atas
pemikiran kritisnya. Adapun hal yang cukup essential adalah konsep diri sebagai
seorang wanita. Ini adalah masalah terbesar yang dihadapi oleh kaum wanita yang
seringkali tidak disadari oleh kaum wanita itu sendiri. Bisa kita bayangkan
jika para kaum wanita yang berintelektual tinggi bertindak seperti pepatah yang
mengatakan “ tong kosong nyaring bunyinya” jelas saja substansi utama
dari peran wanita yaitu membangun bangsa hanya akan menjadi sebuah wacana
menarik yang abadi.
Sepatutnya
seorang wanita yang sadar akan perannya dalam membangun dan memajukan bangsa
berpegang teguh pada salah satu sabda Rasulullah yaitu “Wanita itu tiang
Negara, bila dia (wanita) baik, maka baiklah negara itu. Tetapi bila wanita itu
rusak maka rusaklah negara itu.” (H.R. Muslim)
Dan
mengapa “Maryam” saja nama wanita yang dijadikan nama surah dalam
Al Qur’an, Allah s.w.t. beegitu memuji “Maryam” .“Maryam putri
Imrran, yang menjaga kehormatannya” jadi apa yang dapat kita pelajari dari
ini semua dengan kaitannya dengan perkembangan dan kebaikan bangsa. Apabila
bangsa ini ingin baik, maka perbaikilah wanitannya, dengan cara apa kita
memperbaiki wanita. Pertama.Maka kita harus memperbaiki perempuan
dengan cara memuliakan dengan mejaga kehormatannya ini menjadi modal awal dalam
kiprah wanita. Menjaga kehormatannya.
Melihat
fenomena dewasa hari ini diberbagai media begitu gencar memberitakan tentang
tidakan asusila (Free Sex) ditingkat Sekolah Dasar, sampai sampai ketingkat
perguruan Tinggi ini menjadi Rahasia Umum dan peranan pemerintah tidak terasa
dampak untuk mengatasi ini. Penulis mengatakan diawal perbincangan “Apabila
suatu bangsa ingin baik, maka perbaikilah wanitannya” Sebuah Negara itu
kucinya adalah “Rumah” dan kuncinya rumah adalah Ibu (Wanita), dia adalah benih
utamanya mengapa demikian karena dengan sosok Ibu (wanita) dapat melahirkan
generasi terbaik bahkan sebaliknya. Maka Revolusi Negara Dilahirka dari Rumah, dan Revolusi Rumah terlahir dari
Ibu (Wanita).
Bandung 17 Desember 2016
Penulis Sunyi : Yadi Jayadi
Komentar
Posting Komentar