Dimanakah Kita Meletakan Akhlak (Akhlak Menjadi Ukuran keseimbangan Dalam Menjalani Kehidupan)
Penulis Sunyi : Yadi Jayadi

(Penulis Bergiat : Guru DTA Mitra
Muhajirin Bandung, Sekretaris UPZ Al-Muhajirin Bandung, Penulis Novel Bandung,
Mentoring Kajian Agama & Sastra Remaja Bandung)
Ajaran akhlak dalam islam
bersumber dari wahyu ilahi yang termasuk dalam al-qur’an dan hadits. Akhlak
memiliki nilai yang mutlak untuk memproleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat
kelak. Dalam keseluruhan ajaran islam, akhlak menepati kedudukan yang istimewa
dan sangat penting.
Akhlak
dalam islam bukanlah moral yang harus di sesuaikan dengan suatu kondisi dan
situasi, tetapi akhlak yang benar-benar memiliki nilai yang mutlak, nilai baik (mahmudah)
dan nilai buruk (madzmumah) yang berlaku kapan saja, dimana saja dalam segala aspek keidupan tidak di batasi
ruang dan waktu.
Dalam
al-qur’an banyak ayat-ayat yang membicarakan masalah akhlak, belum
hadits-hadits nabi, baik berupa perkataan nabi maupun perbuatan nabi, yang
memberikan pedoman akhlak yang mulia dalam keseluruhan aspek kehidupan.
Nabi Muhammad saw.
di utus ke dunia ini untuk menyempurnakan akhlak manusia sebagaimana Beliau
bersabda: “Sesungguhnya Aku tidak di utus melainkan untuk menyempurnakan
kemuliaan akhlak” (HR Ibnu Sa’ad, al-Hakim, dan Baihaqi dari Abu Hurairah
ra).
K. H. Moenawar
Chalil dalam bukunya kelengkapan tarikh Nabi Muhammad saw. jilid 6 mengutip
beberapa riwayat yang menerangkan kebaikan dan keluhuran akhlak Nabi Muhammad
saw, baik yang berasal dari usaha sendiri maupun yang timbul karena fitrah atau
bawaan dari lahir. Tentang keteguh pendirian Nabi Muhammad Saw. Dalam menegakan
dan mempertahankan kebenaran agama Allah, sebenarnya tidak cukup di riwayatkan
dalam riwayat perjalanan beliau.
Ketika
Rasulullah saw. Telah menyampaikan dakwahnya kepada kaum Quraisy yang mereka
nilai sebagai celaan terhadap berhala-berhala diri mereka yang suka menyembah
berhala serta kelakuan mereka yang taklid terhadap nenek moyangnya, maka pada
suatu saat para gembong mereka datang kepada Abu Thalib (paman Beliau). Mereka
berkata: “ hendaklan engkau dari sekarang melarang keponakanmu dari mencela
kami, orang tua kami, dan berhala-berhala kami. Dan jika tidak, maka terpaksa
kami akan memusuhi engkau dan keponakanmu itu. Jika memang sudah kami rasa
perlu, dia (Nabi Muhammad Saw) akan kami bunuh dengan trang-trangan”.
Permintaan
mereka itu oleh Abu thalib di sampaikan kepada Nabi Muhammad Saw. Sambil
berkata: “hai anak saudara laki-lakiku, hendaklah dari sekarang ini engkau
menghentikan perbuatanmu selama ini. Janganlah engkau memberatkan tanggungan
dan beban atas diriku yang aku tidak akan kuat untuk memikulnya. Hendaknya
engkau menghentikan suaramu yang begitu keras dan tajam itu”. Mendengar
perkataan pamannya itu, hati Nabi Muhammad Saw. Merasa tertusuk, diri beliau
merasa terhina, dan menyangka bahwa pamannya itu sudah enggan membantunya.
Maka, dengan tegas beliau menjawabnya,
Artinya: “hai
pamanku, demi Allah, kalu mereka (para gembong Quraisy) meletakan matahari di
sebelah kananku dan bulan di kiriku supaya aku meninggalkan urusan agama ini,
tidaklah aku meninggalkannya sehingga Allah memberi kemenangan agama ini atau
aku di hancurkan di dalamnya”.
Jawaban
tersebut menunjukan keteguh pendirian beliau dalam menegakan dan mempertahankan
kebenaran agama Allah.
Keberanian dan ketabahan Hati Nabi
Saw. Telah cukup terkenal sehingga bebrapa orang sahabatnya menyatakan bahwa
beliau adalah seorang pemberani. Diriwayatkan oleh ad-Darimi dari sahabat Ibn
Umar r.a. ia berkata: “Saya belum pernah melihat seorang yang lebih berani
dan lebih tabah hati serta lebih pemurah daripada Rasulullah Saw”.
Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa
Anas Ibn Malik r.a. berkata: “rasulullah saw. Itu pemberani-pemberaninya
manusia”. Anas r.a. berkata, “Pada suatu malam, penduduk di Madinah
terperanjat karena mendengar suara yang di sangkanya suara musuh yang datang.
Seketika itu orang-orang pergi menuju tempat suara terdengat tersebut.
Tiba-tiba mereka melihat Rasulullah sedang kembali dari tempat itu dengan
menunggang kuda yang tidak berpelana, sedangkan pedangnya di selempangkan di kudunya
sambil berkata kepada orang ramai, “Janganlah kamu terkejut”
Ali r.a.
berkata“Biasanya jika peperangan telah sengit dan biji mata telah memerah,
kami berlindung kepada Rasulullah saw. Maka, tidak ada seorang pun yang lebih
dekat dengan musuh selain beliau”. Uraian lebih lanjut tentang
keberanian rasulullah saw. Dapat di ketahui dalam riwayat-riwayat ketika Nabi
memimpin perang Badar, Perang Uhud, Perang Hunain, dan lain-lain.
Sifat Keadilan
dan Kejujuran Nabi Muhammad Saw. Telah terkenal dalam riwayat. Bahkan, ketika
belum di angkat menjadi Nabi utusan Allah, kedua sifat beliau itu sudah di
kenal oleh masyarakat kota Mekah. Sehingga, beliau di beri gelar Al-Amin,
yakni orang terpercaya dan Jujur.
Dalam
melakukan keadilan Nabi saw. Tidak pernah membedakan orang, karena keadilan dan
kejujuran beliau dalam memutuskan maslah, maka banyak orang yang merasa puas
terhadap keputusannya. Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari sahabat Ali r.a. ia
berkata, “Rasulullah adalah manusia paling adil”
Kesetiaan Nabi
Muhammad Saw dalam menepati Janjinya telah cukup di kenal di kalangan
masyarakat pada masa itu. Jika Nabi saw,sejak kecil sudah terkenal kejujuran
dan kebenarannya, maka tentu beliau orang yang dalam menepati janji dan
menunaikan amanah. Bahkan, ketika beliau hendak masuk ke kota mekah untuk
mengerjakan umrah, para pemuda mekah berkata kepada beliau, “Demi Allah, wahai
Muhammad, engkau tidak terkenal sebagai pemungkir atau perusak janji, baik
ketika kecil maupun sudah besar”.
An-Nadhar bin Haris,
seorang Quraisy yang sangat memusuhi Nabi saw, ketika di Mekah pernah berkata
kepada para kawannya dalam suatu pertemuan para ketua kaum quraisy, saat
membicarakan seruan Nabi saw, “Muhammad itu seorang pemuda yang paling di sukai
di antara kamu, paling benar perkataannya, dan paling besar amanatnya. Tetapi,
ketika kamu melihat uban di pelipisnya dan Ia membawa apa yang ia bawa kepada
kamu, lalu kamu berkata, “Ia tukang sihir”. Demi Allah Ia bukan tukang sihir.
Jelas bahwa
orang yang sangat memusuhi dakwah Nabi saw, sendiri mengatakan bahwa beliau
adlaah orang yang paling benar dan paling jujur menunaikan amanah di anatara
mereka ketika masih mudanya. Dalam sejarah kehidupan Nabi saw. Telah cukup
jelas di riwayatkan bahwabelum pernah ada suatu perjanjian yang di langgar oleh
beliau. Bahkan, beberapa kali musuh-musuh beliau melanggar janji yang telah di
sepakati, tetapi beliau tetap memelihara janji itu. Karena itu, tidak ada
seorang pun, baik kawan maupun lawan yang tidak mengakui kejujuran dan kesetiaan
nabi saw. Dalam menepati janji.
Sifat
Kesabaran dan Kemampuan menahan Amarah Nabi Saw. Terhadap orang yang merintangi
dan memusuhi dakwah beliau, oleh para ulama ahli sejarah tarikh telah di catat
dengan cukup sempurna.
Sejak Nabi
saw. Menyampaikan dakwah dan seruannya kepada penduduk mekah sampai beberapa
tahun lamanya, tidak sedikit gangguan, ejekan, caci maki, penghinaan, pukulan,
dan lemparan batu yang di terima oleh beliau. Semua itu di lakukan oleh
orang-orang yang memusuhi beliau dan umumya mereka itu adalah Famili
beliau sendiri yang tidak sudi menerima
seruan beliau. Bahkan pernah juga beliau akan di bunuh oleh salah seorang di
antara mereka, Tetapi selama itu beliau tahan dan ulet dalam menghadapi mereka.
Sehingga, ada shahabat yang mengatakan sebagaimana telah di riwayatkan oleh
Abu’sy Syekh, “rasulullah sa. Adalah manusia yang sangat ulet dalam menahan
marah”
Dalam riwayat
lainIbnu Asyakir berkata, “rasulullah saw. Adalah manusia yang paling tahan
terhadap cacian-cacian orang lain”.
Artinya: “Rasulullah
saw. Adalah seorang yang paling pemurah dalam kebaikan dan beliau lebih pemurah
lagi pada bulah ramadan. Beliau apabila bertemu dengan jibril sangat pemurah
dalam kebaikan daripada angin yang berhembus”.
Imam al-Qadhi
Iyadh meriwayatkan beberapa riwayat tentang kedermawanan Nabi saw. Kata Anas, “Ada
seorang laki-laki meminta bantuan Nabi saw. Lalu beliau memberikan kambingnya
kepada orang tersebut. Laki-laki itu pulang ke negerinya, dan kepada kaumnya
lalu dia berkata, “Hendaklah kamu memeluk islam karena Muhammad memberi bantuan
yang tidak sedikit, seperti orang yang tidak takut kemiskinan.”
Diriwayatkan
bahwa Nabi saw. Pernah memberi ratusan ekor onta kepada beberapa orang. Dalam
suatu riwayat di jelaskan bahwa Rasulullah saw pernah memberi uta 300 kepada
Shafwan bin Umayyah. Dengan kedermawanan Nabi saw maka sembuhlah Shafwan bin
Umayyah dari kufurnya, lalu ia menjadi seorang muslim yang baik. Bahkan pada
suatu hari ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw. Untuk meminta
bntuan. Maka rasul bersabda, “Aku tidak punya apa-apa, tapi berutanglah
engkau atas namaku. Nanti apabila ada rizkiku, aku akan membyarnya”.
Umar Ibn
Khatab yang melihat peristiwa itu, lalu ia berkata: “Ya Rasulallah, Allah tidak
memberatkanmu dengan sesuatu yang engkau tidak bisa melaksanakannya”. Demikian
di antar riwayat-riwayat yang menerangka kedermawanan nabi Muhammad saw.
Nabi saw
adalah orang yang tawadhu atau rendah hati kepada sesama manusia, dan tidak
pernah sombong kecuali jika hendak menampakan kebesaran Allahdari hadapan
orang-orang sombong dan congkak.beliau tidak suka di hormati orang yang
melebihi batas yang telah di tetapkan oleh Allah untuk beliau, yaitu sebagai
seorang Nabi utusan Allah. Diantara yang menerangkan ketawadhuan rasul saw.
Pada sesama manusia sebagai berikut.
Diriwayatkan
oleh Ahmad dan Abu Daud dengan isnadnya dari Abu Umamah r.a. bahwa ia berkata,
“Rasulullah saw. Pernah datang kepada kami (shahabat), sambil memegang sebuah
tongkat. Maka, berdirilah kami untuk menghormati kedatangan beliau, lalu beliau
bersabda, “Janganlah kamu berdiri seperti orang-orang selain bangsa arab
berdiri,sebagian mereka memuliakan sebagiannya”.
Al-Qadhi dalam
asy-syifaa meriwayatkan bahwa Abu Hurairah r.a. berkata, “Pada suatu hari akau
masuk ke pasarbersama rasulullah saw.lalu beliau membeli beberapa helai seluar.
Sesudah pedagang itu mengetahui bahwa pembeli kainnya adalah rasulullh saw.
Maka ia meloncat dan memegang sambil mencium tangan rasulullah saw. Tetapi
ketika itu beliau menarik tangannya seraya berkata, “yang seperti ini adalah
perbuatan orang-orang ‘Ajam terhadap para rajanya, padahal aku ini bukan
seorang raja, aku hanya seorang laki-laki dari bangsamu”
Sifat malu
Nabi saw. Dan sikapnya yang sopan sudah terkenal dalam sejarah kehidupan
beliau. Sehingga, ada sebagian shahabat yang mengatakan bahwa beliau adalah
orang yang sangat pemalu di bandingka dengan gadis-gadis yang sedang dalam
pingitan. Diriwayatkan oleh Bukhari dari Sa’id al-Khudri r.a. ia berkata, “Rasulullah
itu lebih pemalu dari pada
gadis-gadis di dalam pingitan. Apabila beliau tidak menyukai sesuatu, kami
mengetahui dari wajahnya”.
Akhlak Nabi
saw. Yang seperti itu, dan karena sifat itu pula dari wajahnya akan kelihatan
jika beliau tidak menyukai sesuatu, beliau menjauhkan pandangan matanya dari
apa-apa yang kurang baik. At-Tirmidzi juga meriwayatkan dari Anas r.a. Ia
berkata, “Rasul apabila tidak menyukai sesuatu akan kelihatan dari
wajahnya”.
Diantara
riwayat-riwayat yang menerangkan sifat pemalu Nabi saw. Nabi saw memberikan
teladan kepada segenap umatnya supaya bersifat pemalu dalam melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang kuranya kurang sopan apabila dilihat oleh orang
banyak. Beliau pernah bersabda, “Malu itu sebagian dari iman”. (HR
Muslim dan At-Tirmidzi dari Ibnu Umar r.a.)
Tertawa Nabi Muhammad Saw. Diriwayatkan
Ath-Thabrani dari Abu Umamah r.a. bahwa ia berkata, “Rasulullah itu manusia
yang paling banyak tersenyum dan yang paling bagus”.
Hindun bin
Haalah dalam menyipati Nabi saw. Antara lain mengatakan, “Kebanyakan tawa
Rasulullah saw. Itu adalah senyum”. Yakni tidak tertawa terbahak-bahak.
Berdasarkan
riwayat-riwayat tersebut, jelas bahwa Nabi saw. Adalah seorang yang banyak
tersenyum dan tertawanya dilakukan dengan sopan. Nabi Muhammad saw. Selain suka
tertawa, tersenyum, beliau juga sering menangis. Beliau menangis jika ada yang
patut untuk di tangisi, tetapi tangisan beliau hanya mengeluarkan air mata
tanpa suara yang keras atau berteriak-teriak. Kadang-kadang tangisan beliau
hanya terdengar bunyi menggelegak atau gemuruh dalam dada beliau, lantaran
sedih dan pedih.
Menurut
beberapa riwayat yang masyhur, penyebab Nabi saw. Menangis kadang-kadng karena
kematian, mendengar bacaan Al-qur’an, kegembiraan, kesedihan, dan
menghawatirkan bahaya yang akan menimpa umatnya.
Ketika seorang
shahabat yang bernama Utsman bin mazh’un meninggal, beliau menangis. Di waktu
salah seorang putra-putrinya meninggal beliau menangis, di kala salah seorang
cucunya meninggal dunia, air mata beliau kelihatan berlinang-linang. Tetkala
ibu susu beliau yang bernama Halimah datang di hadapannya, beliau menangis
karena senang bercampur sedih dan kasihan melihatnya. Nabi saw bersabda, “Mata
itu mengalirkan air mata dan hati itu berdukacita. Tetapi, kami tidak akan
mengatakan, melainkan apa yang di ridhoi oleh tuhan kami”. (HR Bukhari dan
Muslim)
Penulis
berkesimpulan Perlu di perjelas bahwa seringnya Nabi saw menangis itu, bukan
beliau yang kecil hati atau lemah pikiran, sebagaimana kebiasaan orang yang
sering menangis. Tetapi lantaran sifat beliau yang penuh kasih sayang kepada
sesama. Jadi, menangis tidak mengurangi sifat kekerasan dan keteguhan hati
beliau yang tidak ada bandingannya itu.
Akhlak
merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan
tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbang. Berdasarkan sifatnya akhlak dibagi
menjadi dua, yaitu: Pertama, Akhlak yang segala tingkah laku yang terpuji (yang
baik) yang biasa juga dinamakan “fadilah” (kelebihan), diantaranya: Taubat,Khauf
(takut), Zuhud, Sabar, Syukur, Ikhlas, Tawakal, Mahabbah, Ridha dan
lain-lain. Sedangkan Akhlak kedua berarti tingkah laku yang tercela atau
akhlak yang jahat (qabihah) yang menurut istilah al-ghazali disebut muhlikat,
artinya sesuatu yang membinasakan atau mencelakakan, diantaranya: Ghadab (marah),
Su’udz Zhan (buruk sangka), Hasud (dengki), Bakhil (kikir),
Hubbuddunya (cinta dunia) dan tamak, Riya, Ananiyah (egois), Tajasus
dan Ghibah (mengumpat), Tanabuj (memberi gelar buruk) dan lain lain.
Selain itu masih
banyak akhlak yang patut penulis contoh dari akhlak Rasulullah saw. Sebagai
suri tauladan dan panutan kita di dunia untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan
akhirat. Sejauh mana kita memaknai setiap jengkal kehidupan Sang Nabi dan
sejauh mana akhlak nabbi memberikan pengaruh
bagi kita.
Bandung,
26 Juli 2017
Penulis
Sunyi
Ref :
Chalil, Moenawar.
KELENGKAPAN TARIKH NABI MUHAMMAD SAW. JAKARTA: Gema Insani Press
Mustofa. (2010). AKHLAK
Tasawuf. Bandung: CV. Pustaka setia
Nurul Haq, Dadan dan Hasbiyallah.
(2012) Pendidikan Akidah Akhlak. Bandung: Fajar Media
Komentar
Posting Komentar