Pembaharuan Dalam Islam Berbeda Dengan Renaisans Barat
Mulai abad pertengahan merupakan abad gemilang bagi umat Islam.
Abad inilah daerah-daerah Islam meluas di barat melalui Afrika Utara sampai
Spanyol, di Timur Melalui Pesia sampai India.Daerah-daerah ini kepada kekuasaan
kholifah yang pada mulanya berkedudukan di Madinah, kemudian di Damaskus, dan
terakhir di Bagdad. Di abad ini lahir para pemikir dan ulama besar seperti
;Maliki, Syafi’I, Hanafi, dan Hambali. Dengan lahirnya pemikiran para ulama
besar itu, maka ilmu pengetahuan lahir dan berkembang dengan pesat sampai ke
puncaknya, baik dalam bidang agama, maupun dalam bidang kebudayaan lainnya. Memasuki benua Eropa melalui Spanyol dan
Sisilia, dan inilah yang menjadi dasar dari ilmu pengetahuan yang menguasai
alam pikiran orang barat (Eropa) pada abad selanjutnya. Di pandang dari segi
sejarah kebudayaan, maka tugas memelihara dan menyebarkan ilmu pengetahuan itu
tidaklah kecil nilainya dibanding dengan mencipta ilmu pengetahuan. Di antara
yang mendorong timbulnya pembaharuan dan kebangkitan Islam adalah:
Pertama, paham tauhid yang dianut kaum muslimin telah bercampur
dengan kebiasaan-kebiasaan yang dipengaruhi oleh tarekat-tarekat, pemujaan
terhadap orang-orang yang suci dan hal lain yang membawa kepada kekufuran.
Kedua, sifat jumud membuat umat Islam berhenti berfikir dan
berusaha, umat Islam maju di zaman klasik karena mereka mementingkan ilmu
pengetahuan, oleh karena itu selama umat Islam masih bersifat jumud dan tidak
mau berfikir untuk berijtihad, tidak mungkin mengalami kemajuan, untuk itu
perlu adanya pembaharuan yang berusaha memberantas kejumudan.
Ketiga, umat Islam selalu berpecah belah, maka umat Islam tidaklah
akan mengalami kemajuan. Umat Islam maju karena adanya persatuan dan kesatuan,
karena adanya persaudaran yang diikat oleh tali ajaran Islam. Maka untuk
mempersatukan kembali umat Islam bangkitlah suatu gerakan pembaharuan.
Keempat, hasil dari kontak yang terjadi antara dunia Islam dengan
Barat. Dengan adanya kontak ini umat Islam sadar bahwa mereka mengalami
kemunduran dibandingkan dengan Barat, terutama sekali ketika terjadinya
peperangan antara kerajaan Usmani dengan negara-negara Eropa, yang biasanya
tentara kerajaan Usmani selalu memperoleh kemenangan dalam peperangan, akhirnya
mengalami kekalahan-kekalahan di tangan Barat, hal ini membuat
pembesar-pembesar Usmani untuk menyelidiki rahasia kekuatan militer Eropa yang
aru muncul. Menurut mereka rahasianya terletak pada kekuatan militer modern
yang dimiliki Eropa, sehingga pembaharuan dipusatkan di dalam lapangan militer,
namun pembaharuan di bidang lain disertakan pula.
Pembaharuan dalam Islam berbeda dengan renaisans Barat. Kalau
renaisans Barat muncul dengan menyingkirkan agama, maka pembaharuan dalam Islam
adalah sebaliknya, yaitu untuk memperkuat prinsip dan ajaran-ajaran Islam
kepada pemeluknya. Memperbaharui dan menghidupkan kembali prinsip-prinsip Islam
yang dilalaikan umatnya. Oleh karena itu pembaharuan dalam Islam bukan hanya
mengajak maju kedepan untuk melawan segala kebodohan dan kemelaratan tetapi
juga untuk kemajuan ajaran-ajaran agama Islam itu.
Adapun yang melatarbelakangi pemikiran politik Islam adalah:
Pertama,
kemunduran dan kerapuhan dunia Islam yang disebabkan oleh faktor internal dan
yang berakibat munculnya gerakan-gerakan pembaharuan dan pemurnian. Kedua,
rongrongan Barat terhadap keutuhan kekuasaan politik dan wilayah dunia Islam
yang berakhir dengan dominasi atau penjajahan oleh negara-negara Barat
tersebut. Ketiga, keunggulan Barat dalam bidang ilmu, teknologi, dan
organisasi.
Ketiga hal tersebut ini juga memberi pengaruh pada pemikiran
politik Islam yakni banyak di antara para pemikir politik Islam tidak
mengetengahkan konsepsi tentang system politik Islam, tetapi lebih kepada
konsepsi perjuangan politik umat Islam terhadap kezaliman penguasa, lebih-lebih
terhadap imperialis dan kolonialis Barat. Perhatian mereka lebih banyak
dipusatkan pada perjuangan pembebasan dunia Islam dari cengkraman atau dominasi
Barat. Kalau gerakan pembaharuan umat Islam di Turki pada akhirnya menimbulkan
Negara Turki yang bersifat sekuler, gerakan pembaharuan umat Islam di India
melahirkan Negara Pakistan yang mempunyai agama sebagai dasar.
Gerakan yang diusung oleh tiga tokoh pembaharu, Jamaluddin
Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Muhammad Rasyid Ridha, dikenal dengan gerakan
Salafiyah yaitu suatu aliran keagamaan yang berpendirian bahwa untuk dapat
memulihkan kejayaannya, umat Islam harus kembali kepada ajaran Islam yang masih
murni seperti yang dahulu diamalkan oleh generasi pertama Islam.Pemerintahan
yang ideal menurut Muhammad Abduh kurang lebih seperti yang diangankan oleh
ahli-ahli hukum pada abad pertengahan, penguasa yang adil, yang memerintah
sesuai dengan hukum dan bermusyawarah dengan para pemimpin rakyat.
Kemunculan ide pembaruan dilatarbelakangi oleh suatu proses yang
panjang. Sejak awal abad ke-2 H (8M). Islam dalam perkembangan dakwahnya yang
makin meluas mengharuskan Islam berinteraksi dengan peradaban dan agama lain.
Sehingga timbul pergolakan pemikiran antara Islam dengan pemikiran asing. Hal
ini mendorong para pemikir Islam untuk membahas aqidah Islam dari berbagai
segi. Termasuk mengemukakan argumentasi untuk mempertahankan aqidah Islam
ketika menghadapi aqidah lain (terutama Nashrani dengan menggunakan cara
berfikir filsafat Yunani). Akhirnya untuk menghadapi orang-orang Nashrani, umat
Islam pun mempelajari filsafat untuk membantah tuduhan-tuduhan terhadap aqidah
Islam, yang pada perkembangannya disebut dengan ilmu kalam. Ilmu kalam ini
dikembangkan oleh generasi setelah shahabat (khalaf) yang berbeda dengan
generasi shahabat (salaf). Kalangan khalaf telah membahas lebih jauh tentang
dzat Allah dengan menggunakan metode pembahasan filosof Yunani. Metode ini
menjadikan akal sebagai dasar pemikiran untuk membahas segala hal tentang iman.
Para pemikir Islam berusaha mempertemukan Islam dengan pemikiran
filsafat ini. Cara berfikir ini memunculkan interpretasi dan penafsiran yang
menjauhkan sebagian arti dan hakekat Islam yang sebenarnya. Hal ini ditambahkan
dengan masuknya orang-orang munafik ke tubuh umat Islam. Mereka merekayasa
pemikiran dan pemahaman yang bukan berasal dari Islam dan justru menimbulkan
saling pertentangan. Terlebih lagi kelalaian kaum muslimin terhadap penguasaan
bahasa Arab dan pengembangan Islam yang terjadi sejak abad ke-7 H,
mengakibatkan Islam semakin mengalami kemerosotan.
Terkikisnya pemahaman Islam yang hakiki terus berlanjut sampai awal
abad ke-13 H. Saat itu umat Islam mulai mengupayakan pembaruan untuk memahami
syariat Islam yang akan diterapkan dalam masyarakat. Islam ditafsirkan tidak
semata-mata selaras dengan isi kandungan nash-nash.
Disaat kaum muslimin mengalami kemerosotan berfikir, cara pandang
mereka mulai teracuni oleh cara pandang asing. Tsaqofah Islam kian melemah.
Upaya-upaya pembaruan semakin merebak. Para pembaru memandang perlunya
mengatasi masalah dengan melakukan interpretasi hukum-hukum Islam agar sesuai
dengan kondisi yang ada. Mereka mengeluarkan kaidah-kaidah umum dan hukum-hukum
terperinci sesuai dengan pandangan tersebut. Bahkan mereka membuat kaedah umum
yang tidak berdasarkan perspektif wahyu (Al-Quran dan Hadits).
Sampai dengan perempat ketiga abad ini, gerakan Islam lebih
merupakan pembaharuan dalam pengertian revitalitas atau semacam romantisme.
Hampir seluruh gerakan Islam dimotori oleh semangat menghidupkan kembali
tradisi Islam Klasik sebagai reaksi atas kebangkrutan kekuasaan politik Islam
di satu sisi sementara didomonasi politik dan intelektual Barat modern
merupakan fenomena mondial. Gerakan Islam baik di Timur Tengah maupun beberapa
kawasan Asia seperti India bertumpu pada emansipasi politik dan intelektual
dalam romantisme dan revitalisasi di atas. Walaupun kecendrungan di atas telah
berhasil membebaskan beberapa kawasan Islam dari kolonialisme dan membangkitkan
kembali kepercayaan diri dunia Islam, namun pembaharuan Islam bersifat
eksternal. Di sisi lain, Negara-negara baru Islam pun berhadapan dengan
realitas baru tumbuhnya Negara bangsa yang merupakan wacana baru pemikiran
Islam.
Tanpa suatu tradisi intelektual yang mampu berdialog dengan
peradaban modern, Negara-negara baru Islam mulai berhadapan dengan bagaimana
membangun tata kehidupan sebagai realisasi semangat dan pesan universal Islam.
Pengembangan kehidupan sosial muslimpun berhadapan dengan realitas obyektif
yang kurang lebih serupa. Bagaimana membangun peradaban Islam dalam masyarakat
modern, sesungguhnya merupakan agenda gerakan Islam masa depan
Bandung,
14 September 2018
YADI
JAYADI
Komentar
Posting Komentar