Pahlawan DEVISA Yang Tak Kunjung Mendapat Perlindungan
Penulis Sunyi : Yadi Jayadi
(Penulis Bergiat Mahasiswa UIN SGD Bandung, Pimpinan Umum Lembaga Pers Mahasiswa LENSA,
Guru DTA Mitra Muhajirin, Komp Griya Mitra Posindo-Bandung)
Deretan kasus
kekerasan yang menimpa Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri, menambah catatan panjang kaum wanita. Beragam eksploitasi yang dilakukan penyalur, majikan dan pihak-pihak tertentu hanya mengejar
keuntungan semata dengan mengorbankan nilai kemanusiaan. Indonesia negara
dengan jumlah penduduk 255 juta penduduk, ke-empat terbesar di dunia dengan
urutan Cina, Amerika, India kemudian Indonesia. Merupakan salah satu negara
terbesar pemasok tenaga kerja murah.
Apabila jika kita mau merujuk kepada standar gaji internasional sangat jauh
dari layak, pantaspun tidak. Belum lagi persoalan ini bermasalah secara
keagamaan, secara kultur
ketimuran-pun sebenarnya agak sedikit bergesekan. Jika memang demikian mengapa
tidak dihapuskan saja?. ya memang murah jika dibandingkan dengan upah para
pekerja dari negara-negara lain seperti Filipina, India, Pakistan, dsb. Kab. Cianjur
sebagai salah satu kabupaten yang paling getol “mengekspor” manusia-manusia
pekerja ke luar negeri sebanyak 14.639 orang.
Dan tidak ketinggalan
tentunya ada
beberapa kabupaten yang dikenal sebagai daerah penyuplai TKI/ TKW terbanyak
dalam setiap tahunnya. Diantaranya Indramayu sebanyak 28.410 orang, Cirebon sebanyak 18.675 orang, Majalengka, Garut,
Purwakarta,
Karawang sebanyak 11.749 orang, Subang sebanyak 10.661 orang,
Menurut data Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI
(BNP2TKI) yang dilansir Liputan6.com, Sabtu
(11/1/2014), jumlah TKI yang bekerja di luar negeri sepanjang 2013 mencapai
512.168 orang, atau naik tipis dari tahun sebelumnya 494.609 orang. Seluruh TKI tersebut telah ditempatkan oleh
BNP2TKI di 160 negara. Jumlah uang yang dikirimkan para TKI ke keluarganya
sangat besar yaitu mencapai US$ 7,4 miliar atau sekitar Rp 88 triliun. Angka
ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu US$ 6,9 miliar.
Dari
512.168 orang TKI yang ditempatkan di luar negeri pada 2013 tercatat sebanyak
276.998 orang berjenis kelamin perempuan yang mayoritas bekerja sebagai Penata
Laksana Rumah Tangga (PLRT). Sementara TKI laki-laki berjumlah 235.170 orang.
Motif apa sebenarnya dibalik fenomena ini? Apakah memang ada satu
ikatan emosional antara warga Cianjur melalui Gerbang Marhamahnya
dengan masyarakat Arab Saudi yang kental dengan nuansa syariat Islamnya?.
Atukah mungkin ada trik dan intrik lain, Miris
memang, ketika banyak dari anak bangsa ini yang berkerja ke luar negeri
tanpa diimbangi dengan skill yang
mumpuni dan bekal ilmu pengetahuan yang memadai. Tak sedikit pula dari para
buruh migran yang notabene saudara
sebangsa dan setanah air bahkan ada dari sebagaian mereka yang satu akidah
dengan kita, berangkat hanya dengan modal nekad karena terdesak kebutuhan ekonomi
di dalam negeri.
Sehingga sudah banyak kasus tindakan kekerasan yang dilakukan oleh para majikan kepada para
buruh internasional asal Indonesia, bahkan saking kerasnya deraan yang
diterima, baik mental (intimidasi kejiwaan) maupun fisik (pemukulan, pemerkosaan,
pembunuhan) tak terhitung nyawa yang tercerabut sia-sia, apakah lantas
pengorbanan para TKI ini masih kurang dan harus ditambah lagi dengan lebih
banyak mengirimkan para TKW berikutnya? Bagaimana sikap pemerintah menyikapi
permasalahan global bangsa ini?.
Kasus seperti ini merupakan bagian kecil dari fenomena gunung es permasalahan TKI yang
sebenarnya. Yang nampak ke permukaan mungkin hanya 2 sampai 3 kasus saja yang
berhasil di ekspos oleh media massa, dibawah sana, berjuta kasus yang tiada
terselesaikan bahkan sengaja “dipeti es-kan” karena alasan-alasan politis dan ekonomis.
Sehingga kasus tinggalah kasus, tanpa proses investigasi dan peradilan dari pihak pemerintah Indonesia.
Begitu banyak
kaum perempuan kita memutuskan untuk menjadi TKW?. ada beberapa sebab yang
melatarinya. Kelemahan iman. Godaan pencapaian materi setinggi-tingginya,
membuat mereka mengabaikan kewajiban sebagai seorang isteri dan ibu. Cerita
tetangga yang baru saja pulang kerja dari luar negeri, dengan membawa segepok
duit dan perhiasan, membuat mereka semakin ngiler
untuk berangkat. Keinginan meningkatkan kesejahteraan hidup. Dan masih banyak alasan yang membuat mereka memberanikan
diri. Dan ada dorongan dari calo-calo yang menawarkan jasanya untuk
administrasi persoalan Tiket, Paspor dan lainnya.
Tidak adanya political will pemerintah untuk mengatur
permasalahan ini. Betapapun hal ini tidak bisa dilepaskan dari lemahnya peran
pemerintah. Lebih disayangkan tak satupun kebijaksanaan pemerintah yang bisa
dijadikan solusi. Sementara itu berita-berita mengenai penganiayaan yang dialami
oleh TKI/ TKW terus menambah coreng-moreng wajah Indonesia di mata dunia
internasional. Meninggalnya seorang anak (TKI) bangsa Indonesia di luar negeri,
kadang tidak menjadi perhatian serius para elit ploitik, karena tidak memiliki
nilai ekonomis-pragmatis. Berbeda manakala ada seorang Amerika ataupun Turis
Eropa yang meninggal di negeri orang, mereka dengan sigap menuntut keadilan,
mengerahkan semua kekuatan untuk membela kehormatan anak negerinya, terlepas
kematian yang menimpa turis asing tersebut motifnya benar atau salah.
Sungguh ironis mereka adalah pahlawan yang tak kunjung
pemerintah memberikan perlindugan yang sama, ada keniscayaan dalam menegakan
keadilan. Teriakan dan kritikan
seolah sesuatu yang biasa-biasa saja bagi pemerintah, pengiriman TKW bukannya
surut malah makin menjadi. Seolah memang ada sindikat dan mafia yang
senagaja menumbuhsuburkan bisnis eksploitasi manusia di persada ini. karenanya
berhati-hatilah dengan praktek penjualan perempuan (women trafficking) yang terselubung, apalagi yang dilindungi oleh
Undang-undang seperti halnya TKI/ TKW. Berlanjut...
Bandung,
12 Mei 2017
Penulis
Sunyi
Komentar
Posting Komentar