“Apabila Ulama Menjadi Umaro, & Umaro adalah seorang Ulama” Siap Lahir Dan Batin Karena Yang Terpenting Adalah Ridho Allah
Oleh : Yadi
Jayadi
(Penulis Bergiat : Mahasiswa Fakultas Syari’ah dan
Hukum (UIN SGD BDG) Pimpian Umum LPM LENSA, Mentor Pengajian Ke-Islaman dan
Sastra Remaja Komplek Griya Mitra Posindo-Bandung, Guru DTA Mitra
Muhajirin-Bandung & Sekretris Unit Pengelolaan Zakat Al-Muhajirin)
Riak-riak
mulai terasa Pemilihan gubernur dan wakil gubernur provinsi Jawa Barat baru
akan berlangsung pada 2018 mendatang tepatnya Juni 2018 Meski begitu, Total
hibah yang tertuang dalam NPHD (Naskah Perjanjian Hibah Daerah) ini adalah Rp
1,687 triliun. Sebanyak Rp 1,169 triliun dianggarkan untuk KPU Jabar dan Rp 322
miliar untuk Bawaslu Jabar. Hal ini sebagai bentuk dukungan pelaksanaan Pilkada
Jabar 2018.
Kompetisi
antar kandidat sudah mulai terasa seiring dengan munculnya nama-nama calon yang
siap maju dalam hajatan politik lima tahunan di tanah Pasundan ini. dan Partai
Politik mulai deklarasi dukungannya terhadap Cagub dan Cawagub yang mereka
usung, ini semakin menarik untuk kita telaah yang pada akhirnya akan
mengerucut.
Namun yang menarik bagi penulis banyak
desas-desus salah Ulama Besar Jawa Barat yang melenggang keperhelatan Politik,
seperti di lansir Surat Kabar Tribun Jabar menerangkan “Baru-baru ini Aa Gym menyatakan bahwa
dirinya siap menjadi Gubernur Jawa Barat periode 2018-2023 jika benar-benar
mendapatkan dukungan masyarakat. "Jika ada 2,5 juta Kartu Tanda Penduduk
(KTP) untuk Aa, Aa siap maju di Pemilihan Gubernur Jawa Barat,"
"Saya tidak punya ambisi untuk memimpin
Jawa Barat, tapi jika ditakdirkan oleh Allah dan banyak dukungan, saya harus
siap lahir dan batin karena yang terpenting adalah ridho Allah," itulah
pernyataan dai kondang jawa barat, ini menjadi kebahagin tersendiri bagi
sebagain masyarakat karena Ulama Besar Jawa Barat menyatakan siap menjadi
pemimpin.
Tentunya
Pilkada merupakan manifestasi demokrasi
elektoral untuk mencari seorang pemimpin. Pilkada harus didudukkan dalam
konteks mencari seorang pemimpin (leader), bukan sebatas mencari sosok
Gubernur, yang hanya bertindak sebagai manager. Menjadi Gubernur, itu mudah,
tapi mencari pemimpin, itu sulit. Kondisi ini terjadi karena kepala daerah
merasa jabatan politik yang disandangnya merupakan hasil kerja kerasnya,
bersama partai dan tim sukses, termasuk pengusaha di dalamnya. Rakyat dipandang
sebatas “pemberi suara” yang tangung jawabnya selesai usai keluar dari bilik
suara. Oleh karenanya, kekuasaan hanya berputar dan terbagi antara mereka para “rulling
oligarchy”.
Untuk merespon
berbagai harapan rakyat, seharusnya kepala daerah yang terpilih tidak membuat
kebijakan yang bisa merugikan
kepentingan rakyat. Seharusnya pula Kepala Daerah yang terpilih bertanggung
jawab dan bertugas dengan sebaik-baiknya untuk merealiasasikan berbagai program
kerja demi kesejahteraan rakyat.
Penulis
beranggapan Pilkada merupakan
manifestasi demokrasi untuk mencari seorang pemimpin. Pilkada harus didudukkan
dalam konteks mencari seorang pemimpin (leader), bukan sebatas mencari sosok
Gubernur, yang hanya bertindak sebagai manager, dan yang paling Utama Adalah
“SOSOK KETELADANAN” bagi masyrakat luas, inilah harapannya dengan AA Gym
menyatakan siap menjadi gubernur, dan seyogyanya Provinsi Jawa Barat di pimpin
oleh Ulama.
Kalau kita mau mencermati Gubernur yang sekarang pun, Ahmad
Heryawan (Kang Aher), ia merupakan seorang Ulama yang keramahan serta santun di
tambah lagi dengan berbaagai prestasi yang tak bisa penulis sebutkan satu
persatu, dua periode ia menjabat sebagai gubernur, ini atas kepercayaan
masyarakat kepada sosok ia, bukan tidak mudah untuk berada di posisi ia, namun
yang paling penting bagi masyarakat ialah “KETELADANAN” yang patut di tiru oleh
pemimpin yang lain. Dan ia Ahmad Heryawan (Kang Aher), sudah berhasil dalam
menjalankan amanah yang di berikaan masyarkat untuk ia.
Apabila
kita mau merujuk dalam sejarah para Nabi, diantaraanya Nabi Sulaiman AS dan
Nabi Muhammad SAW, penulis akan menggambarkan pada diri Nabi Sulaiman tertumpu
dua, yakni Kebesaran Dunia dan Kebesaran Akhirat, iya beliau seorang raja
(pemimpin) dan beliau seorang Rasulullah (Pemimpin Agama dan Pemimpin Negara),
alangkah idealnya ia, apabila kita cermati, penulis berpendapat “Apabila Ulama Menjadi Umaro, & Umaro
adalah seorang Ulama”.
Dengan
demikian, posisinya sebagai Ulama maka nilai kepemimpinannya terpelihara dari
segala bentuk penyelewengan kebijakan, dan kedudukannya sebagai Umaro ia akan
begitu efektif memberikan kebijkan untuk masyarkt banyak. Sangat langka orang
yang memiliki dua tumpuan dalam hidupnya “Apabila
Ulama Menjadi Umaro, & Umaro adalah seorang Ulama”. Maka agama hanya
memberikan pesan Agar yang namanya Ulama dan Umro saling bekerja sama untuk
kemlahatan daan kemanfaatana rakyat banyak.
Ulama
adalah Ulama dan Umaro adalah Umaro, jika keduanya dapat berjalan berdampingan
dengan baik maka rakyat akan mendaptkn keejahtranny, apabila keduanya
centang-pernang tentunya rakyat akan sengsar, mengapa figur nabi sulaiman yang
bertumpu kepada Kebesran Agama dan Akhirat, apabila kalau kita mau mengkaji
sejarah. Mukjizat pada para rasulnya biasanya sesuai dengan kecendrungan
umatnya kala itu, Contohnya : Umat yang dihadapi Nabi Musa adalah umat yang
senang dengan kegagahan, oleh karenanya Mujizat yang diberikan kepadanya ialah
Baik tongkat maupaun dirinya. Umat nabi Isa umatnya cenderung suka kepada
bidang ilmu kedokteran, maka Mujizat yang diberikan kepada nabi Isa ialah
“bisaa menyembuhkan penyakit kusta, dan bahkan bisa menghidupkan orang yang
sudah mati atas ijin Allah SWT. Di zaman Nabi Muhammad SAW, kecendrungan umatnya
kepada kemampuan bersyair, kemudian Allah memberikan Mukjizat kepadanya ialah
Al-Qur’an (yang keindahan gaya bahasanya, tidak seorang penyair pun mampu
menandinginya), dan dizaman nabi Sulaiman, kecendrungan umat kala itu kemegahan
bangunan, kejayaan dan kegagahan, maka tidak heran Mukjizat yang diberikan
kepada nabi Sulaiman ialah tertumpu dua, yakni Kebesaran Dunia dan Kebesaran
Akhirat, iya beliau seorang raja (pemimpin) dan beliau seorang Rasulullah
(Pemimpin Agama dan Pemimpin Negara), tapi dengan diberikannya Kebesaran Dunia
dan Akhirat, Ia berpesan “Semua itu,
Kekuasaan dan Kebesaran itu, kejayaan dan kekayaaku, adalah anugrah tuhan untuk
menguji diriku, adakah aku bersyukur karenannya, atau aku jadi ingkar
karenannya”. Penulis berpendapat alangkah baiknya ucapan nabi sulaiman itu,
kita mampu meresapi dan lebih baik lagi kita mampu menerapkannya dalam
kehidupan kita.
Apa
maknanya sejarah dan dikaitkan dengan fenomena Aa Gym menyatakn siap maju untuk
menjadi Gubernur, ini menjadi kabar baik dan menggembirakan bagi rakyat apabila
negara di urusi oleh ulama maka akan mendapatkan keberkahan yang lebih lagi,
kita sudah mengetahui bersama dengan ujian yang diberikan Allah Kepada Ulama
Kondang ini, ia ditimpa badai yang menurut kita adalam aib, tapi bagi Allah
badai itu sebagai Obat dan menaikan derajat ia, untuk menjadi Ulama Besar,
penulis merasa ia sudah saatnya Ulama memimpin kembali di negeri ini, karena
kesalehannya lah akan membawa negara ini lebih sejahta.
Penulis
berpendapat “saya tidak membela partai manapun atau siapapun, melaiankan partai
politiklah yang harus taat kepada ulama yang satu ini, dan partai politik
jangan memandang ia sebagai alat untuk memuluskan tujuan partai politik saja,
dan harus di ingat “Jika Engkau Menyakiti Ulama, Maka Engkau Menyakiti Rasulullah, dan
Do’anya Satu Ulama Akan Menyelamatkan Negara Ini dari ke-Munafikan”.
Bandung,
13 Juni 2017
Penulis
Sunyi : Yadi Jayadi
Komentar
Posting Komentar